Rumah Makan Sate dan Tongseng Sidodadi Metro, Lampung justru ramai pada hari tasrik. (Foto: NU Online/M Faizin)
Muhammad Faizin
Penulis
Metro, NU Online
Hari Raya Idul Adha identik dengan melimpahnya daging kurban. Pasalnya, pada momentum ini, banyak hewan kurban dipotong dan secara otomatis hampir seluruh umat Islam memiliki stok daging di rumah masing-masing. Jenis daging yang melimpah di hari Raya Idul Adha didominasi oleh daging kambing dan sapi. Lalu apakah melimpahnya daging kambing dan sapi ini berimbas atau berdampak pada usaha kuliner khususnya sate?.
Saat ditemui NU Online, Mansur Hidayat, pemilik Rumah Makan Sate dan Tongseng Sidodadi Metro, Lampung mengungkapkan bahwa selama Hari Raya Idul Adha khususnya pada hari tasyrik yakni pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah usaha kulinernya malah cenderung ramai. Banyak konsumen yang meminta berbagai menu berbahan dasar daging seperti sate, gule, dan tongseng.
"Secara logika masyarakat memiliki banyak daging. Tapi selama ini, pada Idul Adha, penjualan malah cenderung ramai tidak terpengaruh oleh banyaknya daging yang ada," katanya, Kamis (7/7/2022).
Baca Juga
Ini Doa Lengkap Menyembelih Hewan Kurban
Mansur memprediksi daging yang didapatkan masyarakat dari panitia kurban di lingkungannya tidak langsung diolah. Daging tersebut disimpan untuk dikonsumsi setelah hari raya. Selain itu, lanjut Mansur, sebagian masyarakat masih ingin menikmati suasana lebaran kurban sehingga memilih untuk makan di luar bersama keluarga.
"Saat hari Tasyrik, banyak juga yang datang ke kami untuk diolahkan dagingnya menjadi kuliner siap saji. Ada juga yang tidak membeli makanan tapi malah membeli bumbu sate, tusuk sate, atau arang untuk bakar sate," ungkapnya.
Mansur menambahkan bahwa selama Idul Adha, pihaknya sudah memulai usahanya di hari kedua lebaran setelah dua hari libur. Hal ini untuk melayani pelanggan yang pada lebaran memang cenderung meningkat. "Tahun ini kita libur tanggal 10 dan 11 Juli. karena Hari Raya Idul Adha tahun ini jatuh pada tanggal itu. Setelah itu kita buka terus," ungkapnya.
Mansur berharap juga penikmat kuliner sate di tempat usahanya tidak berkurang pada tahun ini seiring dengan adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerah hewan ternak khususnya sapi. Ia mengaku tetap mengedepankan kualitas dan kesehatan daging yang diolahnya untuk para konsumennya.
Daging dan PMK
Berdasarkan pemberitaan NU Online sebelumnya, daging ternak yang terkena PMK tidak akan berpengaruh apa pun ketika dikonsumsi manusia. Kendati demikian, ada beberapa bagian yang harus diperhatikan seperti halnya bagian dalam pada sapi yang terkena PMK tidak layak untuk dikonsumsi.
Dokter Hewan (drh) Ahmad Syifa mengimbau agar daging hewan ternak langsung dimasak atau didihkan. "Bagian dari jeroannya kita harus hati-hati. Jika akan dibagikan lebih baik bagian organ harus melalui pematangan atau perebusan terlebih dahulu," imbaunya.
Kementerian Pertanian juga membeberkan lima bagian pada hewan terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) yang tak boleh dikonsumsi masyarakat. Pasalnya, bagian tersebut biasanya kerap terpapar langsung oleh virus PMK. Bagian tersebut adalah jeroan, mulut, bibir, lidah, dan kaki. Selebihnya masih bisa dikonsumsi oleh manusia.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua