Pekalongan, NU Online
Permasalahan sampah di Kota Pekalongan, Jawa Tengah menjadi salah satu fokus penyelesaian oleh Pemkot Pekalongan. Sebab menurut estimasi data sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH), masih ada sebanyak 17,5 ton sampah per hari yang belum tertangani karena dibuang tidak pada tempatnya tapi dibuang di sungai, saluran, maupun di lahan kosong.
Atas kondisi tersebut, Wali Kota Pekalongan, HM Saelany Machfudz menyatakan bahwa kondisi sampah sudah dalam kategori gawat. Sehingga pihaknya kemudian menggelar FGD terkait sampah dan limbah cair.
“Kami sangat prihatin terhadap sampah di Kota Pekalongan. Saya melihat masih banyak masyarakat buang sampah sembarangan, di sungai dan tepi jalan yang bukan pada tempatnya," ujarnya.
Hal tersebut disampaikan di hadapan tokoh masyarakat, ulama yakni kiai dan ustadz, serta FKUB, sebagai salah satu upaya mengajak mereka untuk turut memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar turut memperhatikan permasalahan tersebut pada Jumat (9/8) malam di Guest House Wali Kota.
"Mudah-mudahan atas dakwahnya ke masyarakat juga dapat menyertakan misi kebersihan ini dapat mnyadarkan masyarakat agar tidak buang sampah sembarangan,” tutur Walikota.
Wali Kota berharap, para ulama dapat terus menyuarakan gotong royong dalam penanganan sampah dalam setiap pesan dakwahnya. Diharapkan melalui gotong royong masalah sampah dapat ditangani bersama.
Untuk sampah di sungai, Wali Kota menyatakan juga telah merencanakan untuk menambah jumlah perahu dan petugas pembersih sampah di sungai. Dengan perahu-perahu kecil, maka petugas dapat terus bergantian mengambil sampah dan melakukan pengawasan secara rutin mulai dari muara pantai hingga ke Kuripan.
“Selanjutnya, ketika sungai sudah diawasi secara baik dan bersih maka kami akan awasi pembuang sampah di sungai. Bahkan kami juga akan siapkan sanksi bagi mereka yang melanggar. Ini sudah kami minta buat Perwalnya sebagai implementasi aturan yang sudah ada sebelumnya yakni Perda. Semoga bisa direalisasikan sesegera mungkin,” jelas Wali Kota.
Pemkot juga akan kembali menggerakkan kegiatan kebersihan di tingkat RW secara serentak pada hari tertentu. Bahkan dia menegaskan akan turun secara langsung memantau kegiatan tersebut.
“Saya akan keliling pakai kendaraan ke RW-RW. Akan kami sambangi semua untuk melihat bagaimana pergerakan penanganan sampah. Paling tidak pada Desember nanti Kota Pekalongan benar-benar sudah bersih,” katanya.
Wali Kota berpesan dan meminta kepada ulama dan tokoh agama untuk terus menyampaikan permasalahan penanganan sampah dan kebersihan kepada masyarakat.
“Kami berpesan kepada para ulama dan tokoh masyarakat, tolong dalam menyampaikan pengajian di semua lini untuk terus menyertakan sosialisasi masalah penanganan sampah dan masalah narkoba sebagai salah satu materi,” pesannya.
Selain sampah rumah tangga, permasalahan limbah cair di lima sungai di Kota Pekalongan juga masih terjadi. Hal itu dikarenakan dua hal yakni limbah kiriman dan perilaku masyarakat sendiri yang masih membuang limbah tanpa diolah ke sungai.
"Posisi Kota Pekalongan yang ada di hilir, membuat sungai di sini menjadi tempat kiriman limbah maupun sampah dari daerah di hulu. Terkait masalah itu, Pemkot Pekalongan sudah melakukan MoU dengan dua daerah yakni Kabupaten Pekalongan dan Batang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,” katanya.
Menanggapi masalah yang sudah dipaparkan, salah satu pesert FGD, H Ahmad Suyuti dari Tegalrejo mengaku terenyuh dan ingin segera menunjukkan pastisipasi dan kepeduliannya dalam menangani permasalah sampah.
“Saya apresiasi cara Pak Wali untuk menangai masalah sampah di sungai. Saya juga punya ide itu, karena di pikiran saya sederhana saja, rekrut petugas dan lengkapi alatnya sehingga bisa jadi solusi,” tuturnya.
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan, H Ahmad Marzuki kepada NU Online, Senin (12/8) mengatakan, secara khusus melihat kebersihan keluarga sebagai salah satu upaya yang bisa didorong.
Marzuki yang juga mantan Ketua PCNU Kota Pekalongan menyarankan, agar armada sampah dapat diperbanyak dan mengakses hingga ke dalam kampung.
“Sebab saya lihat di gang 3 Kradenan, tempat saya tinggal, masyarakat bingung harus buang kemana. Armada nantinya bisa koordinasi dengan RT RW atau kalau perlu mereka punya data masyarakat buang sampah ke mana. Saya juga akan minta betul-betul agar RT dan RW bisa bergerak,” pungkasnya.(Muiz)