Bukan Mau dan Mampu, Ini Faktor X Jadikan Seseorang Bisa Berhaji
Ahad, 20 Agustus 2023 | 14:00 WIB
KH Bukhori Muslim saat memberi mauidzah hasanah pada Pengajian Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kabupaten Pringsewu, Lampung di Masjid Taqwa Pringsewu, Ahad (20/8/2023) (Foto: NU Online/M Faizin)
Muhammad Faizin
Penulis
Pringsewu, NU Online
Melaksanakan haji merupakan ibadah rukun Islam yang kelima untuk menyempurnakan keislaman seseorang. Ibadah ini wajib dilakukan oleh setiap umat Islam yang memiliki kemampuan untuk berangkat ke Kota Suci Makkah untuk menjalankan rukun haji yang puncaknya di Padang Arafah.
Namun dalam realitanya, masih saja terdapat orang yang mampu untuk berhaji tidak diberi kesempatan untuk bisa berhaji. Begitu juga banyak yang memiliki kemauan untuk berhaji, namun Allah belum juga mewujudkan kemauan dan harapannya untuk berhaji.
"Bukan hanya kemampuan dan kemauan yang menjadi modal untuk bisa berhaji. Ada faktor X yang menjadikan seseorang bisa berangkat haji," kata KH Bukhori Muslim saat memberi mauidzah hasanah pada Pengajian Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kabupaten Pringsewu, Lampung di Masjid Taqwa Pringsewu, Ahad (20/8/2023).
Baca Juga
Kisah Ulama Berhaji Tanpa ke Tanah Suci
Faktor X tersebut menurutnya adalah panggilan dari Allah yang menjadi kunci seseorang bisa berhaji. "Kemampuan, kemauan, dan panggilan adalah paket agar bisa seseorang bisa berhaji," imbuh kiai yang pernah menjadi Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Lampung ini.
Ia pun mengisahkan bagaimana panggilan menjadi faktor x dalam menentukan apakah seseorang bisa berhaji atau tidak. Awal kisah disyariatkannya ibadah haji oleh Allah yang termaktub dalam Surat Al-Hajj Ayat 27 dan dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim dari atas Bukit Jabal Qubais
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” Katanya mengutip makna ayat tersebut.
Baca Juga
Inilah Rukun-rukun Haji
Ayat ini menunjukkan bahwa kemampuan berbeda-beda seseorang saat pergi haji. Ada yang memiliki kemampuan fisik dan materi yang kuat, sedang, dan juga lemah. Namun ketika itu sudsh menjadi sebuah panggilan, maka tidak ada yang bisa untuk menghalanginya.
Panggilan ini juga yang sering diucapkan oleh para jamaah haji dalam doa: "Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak." (Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu).
Pada intinya, ibadah haji adalah sebuah yang di dalamnya ada takdir dan izin dari Allah bagi hamba-Nya yang terpilih. Maka itu ia mengajak kepada umat Islam yang sudah bisa melaksanakan ibadah haji untuk bersyukur atas karunia diberi kesempatan menginjakkan kaki di Baitullah untuk berhaji.
Kegiatan pengajian ini diikuti oleh pengurus dan anggota IPHI dan se-Kabupaten Pringsewu. Hadir juga Sekretaris Daerah Kabupaten Pringsewu H Heri Iswahyudi, Ketua IPHI Lampung H Tobroni Harun, Ketua MUI Pringsewu KH Hambali, Ketua IPHI Pringsewu H M Nur Aziz, Ketua FKUB Pringsewu KH Mahfudz Ali, Ketua BWI Pringsewu H Safroni.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua