Muhammad Faizin
Penulis
Jakarta, NU Online
Jika kita mendengar kata Maqam, maka yang terbersit pertama kali dalam pikiran kita adalah kuburan atau makam. Jadi ketika kita mendengar istilah Maqam Ibrahim, kita sering mengira bahwa di situlah disemayamkan jasad atau tempat peristirahatan terakhir Nabi Ibrahim. Namun hal ini ternyata tidak benar.
Maqam Ibrahim bukanlah kuburan melainkan batu yang dibawa Nabi Ismail dan digunakan untuk berdiri Nabi Ibrahim saat membangun Ka'bah. Maqam adalah istilah Arab karena yang artinya meliputi: tempat berpijaknya dua kaki, kedudukan seseorang, berdiri, bangkit, bangun, atau berangkat.
Rasa penasaran pada wujud batu Maqam Ibrahim terjawab setelah laman Haramain mengambil beberapa foto dari jarak dekat batu yang berdasarkan beberapa literatur berasal dari surga seperti halnya Hajar Aswad. Foto tersebut diunggah di laman Facebook Haramain pada Rabu (5/5) diikuti doa agar umat Islam bisa berkunjung ke situs suci tersebut.
“Pernah bermimpi melihat dari dekat isi dalam Maqam Ibrahim? Setelah berjam-jam berusaha mengambil foto paling detail (batu Maqam Ibrahim), ini hasil akhirnya. Semoga Allah memberkahi dan memberi kesempatan untuk mengunjungi Masjidil Haram dan melihat Maqam Ibrahim secara langsung,” tulis dalam unggahan tersebut.
Dalam foto tersebut terlihat dengan jelas tekstur batu yang terlihat berwarna putih agak kekuning-kuningan. Batu tersebut terlihat tidak seperti layaknya batu biasa yang bundar melainkan terdapat dua buah cekungan seperti telapak kaki. Di sekeliling cekungan dihiasi kaligrafi dari logam mengkilap seperti perak.
Posisi Maqam Ibrahim terletak kurang lebih 20 hasta di sebelah timur Ka'bah. Dulunya Maqam Ibrahim diletakkan dalam sebuah bangunan lemari perak yang pada bagian atas dibuatkan peti dengan ukuran 6 x 3 meter. Setelah semakin banyaknya peziarah ke Masjidil Haram, bangunan ini dirasakan mempersulit orang saat thawaf. Kemudian pada pada 1387 H/1867 M, Rabithah Alam Islami (Organisasi Persatuan Dunia Islam) mengusulkan dibuat bangunan dari kaca diletakkan di atas Maqam Ibrahim.
Kemudian penyempurnaan dilanjutkan pada zaman Raja Fahd bin Abdul Aziz dengan memberi kaca bening setebal 10 mm anti panas pada kotak tersebut yang selesai pada tahun 1418 H. Di atas batu inilah Nabi Ibrahim membangun Ka’bah dengan tangannya sendiri, yang batu-batuannya dibawa Ismail.
Seperti Hajar Aswad, Maqam Ibrahim juga memiliki beberapa keutamaan di antaranya sebagai tempat untuk shalat. Dikisahkan ketika Rasullallah tiba di Ka’bah saat melaksanakan haji, beliau langsung mencium Hajar Aswad dan kemudian berlari-lari kecil tiga putaran. Pada putaran keempat, Nabi berjalan biasa menuju Maqam Ibrahim.
Sesampainya di Maqam Ibrahim, Nabi berdoa: “Dan, jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.” Berdasar sabda Nabi, siapa yang shalat di belakangnya, doanya akan dikabulkan.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua