Surabaya, NU Online
Dosen mata kuliah Seni dan Budaya dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memperkenalkan teknik Shibori. Shibori adalah sebuah kesenian di Jepang dalam hal pewarnaan kain. Teknik pewarnaan dilakukan dengan mencelupkan kain pada zat pewarna alami dan memberikan ‘perlindungan’ pada bagian kain tertentu yang tidak ingin diwarnai. Teknik ini perlindungan pada bagian tertentu dilakukan dengan melilit, melipat, atau mengikatnya dengan benang.
Teknik batik Sibori dari Jepang kini semakin popular. Batik ini mulai disukai masyarakat di Indonesia, karena lebih simpel dalam pengerjaannya. Berbeda dengan batik tulis di Indonesia, yang melalui berbagai tahapan, mulai menggambar di bahannya, mencanting dengan malam, memberikan pewarnaan secara bertahap, hingga ke pencucian.
Sementara untuk batik Sibori ini, cukup dengan melipat-lipat kain berbentuk kotak kecil atau segi tiga lalu mencelupkannya ke warna-warna yang diinginkan atau dengan mengucurkan pewarna ke kain dan memerasnya.
“Siapa pun bisa melakukannya. Tidak perlu pakai teknik-teknik mencanting dan sebagainya. Simpel dan mudah,” ujar Andri Setiawan di sela acara Pagelaran Seni FKIP Unusa di Atrium Royal Plaza, Senin (20/1).
Membatik Sibori ini diajarkan kepada mahasiswa semester ganjil untuk tiga program studi yakni Pendidikan Guru PAUD, Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Pendidikan Guru Bahasa Inggris. Ini adalah mata kuliah seni rupa yang hukumnya wajib diikuti dan ditempuh mahasiswa.
“Kami harapkan, nantinya mata kuliah ini bisa mereka kembangkan untuk berwirausaha, bisa juga nanti mereka ajarkan ke anak-anak didiknya saat mereka menjadi guru, baik di PAUD atau di SD. Semua ini akan berguna,” tutur dosen seni dan budaya Unusa ini.
Andri menambahkan adapun alat dan bahan yang bisa digunakan dalam membuat batik Shibori yakni kain putih batik atau yang biasa disebut dengan primisima, pewarna batik remasol, karet gelang, tali rafia, botol yang tutupnya berlubang, botol gelas, kelereng atau batu kecil, air secukupnya, tas kresek dan waterglass.
"Lebih jauh bahwa pembuatan batik dengan teknik Shibori cukup sederhana. Karena si pembuat dapat memanfaatkan beraneka ragam barang yang ada disekitar. Teknik ikat celupnya pun tergantung dari si pembuat, ingin membentuk pola yang seperti apa. Jadi, mereka bisa membuat motifnya dengan sesuka hati,” urainya.
Membatik Sibori ini cukup diminati mahasiswa. Salama Ahmad, salah satunya. Mahasiswi semester 5 PGSD Unusa ini merasa beruntung bisa diajari membatik Sibori ini. Karena dia bisa mengembangkannya untuk dijadikan bisnis sambilan.
“Mau buat kerudung dari batik ini. Unik, lucu dan warna-warni,” jelasnya.
Tidak hanya membatik, FKIP Unusa juga mewajibkan mata kuliah seni lainnya kepada mahasiswa. Ada seni tari, lukis, menyanyi dan sebagainya. Semua mata kuliah seni itu diimplementasikan dalam sebuah pentas seni yang bisa ditonton masyarakat luas.
“Ini implementasi dari kuliah selama satu semester, kita tampilkan bersama-sama secara terbuka,” pungkasnya.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR