Surabaya, NU Online
Bangsa Indonesia memiliki peran strategis dalam pengembangan berkelanjutan, khususnya yang kaitan isu perdamaian baik skala nasional maupun global. Karenanya, spirit Islam moderat harus diperkuat. Sebab ini kunci di tengah pertarungan ideologi ke depan dipastikan belum selesai, mengingat kepentingan sebuah kelompok atau sebuah bangsa masih ada kepada yang lain.
Demikian catatan penting yang disampaikan Muhammad Luthfi Zuhdi pada diskusi terbuka yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Timur, Rabu (8/1) malam. Diskusi yang berlangsung di kantor setempat, Jalan Masjid al-Akbar Timur Surabaya ini adalah kali kedua sebagai ikhtiar menyebarkan gagasan Islam rahmatal lil alamin kepada masyarakat luas, khususnya kader Ansor.
Menurut Wakil Rektor IV Universitas Indonesia (UI) Jakarta tersebut, sejumlah fakta terkini terjadi dalam konteks nasional maupun global. Meskipun fakta-fakta sebenarnya memastikan bahwa kontestasi ideologis adalah pemantik konflik, bukan pemicu utama.
“Pasalnya, pemicu utama adalah kepentingan politik dan ekonomi,” katanya.
Dalam pandangannya, kepentingan politik adalah persoalan kekuasaan. “Karenanya, kita bisa melihat bagaimana sentimen agama masih mudah terjadi dalam kontestasi politik di Indonesia dalam setiap pemilu,” jelasnya.
Gerakan Islam simbolis masih senang menggunakan sentimen agama. Padahal ini sekadar target antara untuk merebut simpati, lantas merebut kekuasaan politik.
“Karenanya, ke depan sebagai bangsa kita harus terus hati-hati dalam menggunakan, sekaligus menyikapi penggunaan simbol agama dalam ruang politik praksis,” pesannya.
Sedangkan hal kedua adalah persoalan ekonomi.
“Persoalan ekonomi menjadi penting, sebab akan mendorong sebuah bangsa itu kuat dalam melakukan bargaining dalam banyak hal. Target ekonomi ini menjadi jalan setiap individu, kelompok dan sebuah negara terkadang bertindak semaunya. Termasuk menggunakam isu agama sebagai pemantik,” tegas Luthfi Zuhdi.
Pada kesempatan berbeda, Sekretaris PW GP Ansor H A Ghufron Siradj atau menyambut baik diskusi yang dibidangi Kabid Kajian dan Pemikiran KeIslaman PW GP Ansor Jatim. Hal tersebut dalam rangka menambah pengetahuan dan daya kritis, khususnya kader Ansor.
“Forum diskusi ini akan terus digelar, setelah sebelumnya mengadakan di akhir tahun,” kata Ra Gopong, sapaan akrabnya.
Mengutip Luthfi Zuhdi, kader NU harus berpotensi di semua lini, termasuk tetap konsisten dalam jalur moderasi.
“Terkhusus bagi kader Ansor tetaplah pada kemampuan fisik, tapi penguatan potensi intelektual juga sangat penting. Sebab kontestasi hari ini butuh kekuatan berbasis teknologi,” pungkasnya.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR