Pengasuh Pesantren Istiqomah Al Amin Ustadz Hasan Errezha menjelaskan proses budidaya larva lalat. (Foto: Istimewa)
Muhammad Faizin
Kontributor
Kalianda, NU Online
Bagi kebanyakan masyarakat, lalat dan sampah identik dengan masalah. Kedua benda ini dinilai menimbulkan banyak dampak negatif terutama dampak kesehatan. Namun siapa sangka, lalat dan sampah bisa dimanfaatkan dan mendatangkan kemaslahatan.
Inilah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Istiqomah Al Amin yang terletak di Desa Cintamulya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Pesantren yang didirikan pada tanggal 9 Januari 1989 oleh KH Imam Bukhari ini memanfaatkan limbah sampah sebagai pakan budidaya lalat.
Lalat yang dibudidayakan di pesantren ini adalah jenis lalat besar berwarna hitam mirip tawon atau lebah bernama Black Soldier Fly (BSF). Lalat ini berkembang biak dengan bertelur yang kemudian akan berubah menjadi larva (maggot) dan nantinya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa.
Maggot BSF inilah yang dimanfaatkan di pesantren ini untuk mengurai sampah khususnya sampah organik (basah) karena merupakan makanan bagi larva lalat ini. Larva ini memakan kandungan air dalam sampah sehingga sampah yang tadinya basah dan menimbulkan bau, bisa kering dan tidak berbau.
Foto: Kandang dan tempat bertelur lalat
Fase metamorfosa maggot BSF membutuhkan waktu 40 sampai 45 hari saja dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan lalat dewasa. Lalat BSF yang bernama latin Hermetia Illucens ini tidak seperti lalat biasa yang sering membawa penyakit bagi manusia. Lalat ini memiliki banyak manfaat di antaranya bisa memperbaiki lingkungan dengan memakan sampah organik.
"Puluhan ribu larva lalat ini bisa menghabiskan dan mengeringkan sekitar 2 kg sampah organik dalam waktu hanya satu hari," kata pengasuh Pesantren Ustadz Hasan Errezha, Rabu (17/6).
Satu ekor betina lalat ini juga dapat menghasilkan sekitar 600 telur sehingga hanya butuh 20 ekor lalat betina untuk menghasilkan 10 ribu larva. Telur lalat ini juga sangat ekonomis dengan harga jual 8-10 ribu per gramnya.
Selain untuk mengurangi limbah sampah, larva lalat ini juga dimanfaatkan oleh pihak pesantren untuk pakan ternak budidaya ayam dan ikan seperti lele, patin, nila, dan gurame yang juga dikembangkan di pesantren ini. Kotoran larva juga digunakan untuk pupuk yang bagus untuk pertumbuhan tanaman.
Proses pengembangbiakan lalat ini dimulai dari menyiapkan kandang. Kandang ini digunakan untuk memproduksi telur-telur sebagai bibit maggot BSF. Kandang menyesuaikan berapa banyak maggot yang akan dikembangbiakkan. Biasanya luas kandang 16 meter persegi bisa untuk budidaya taraf kecil menengah.
Selanjutnya dalam kandang disiapkan media untuk penetasan telur berbahan kardus atau kayu tripleks. Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke biopond sebagai media pembesaran. Biopond adalah tempat pembesaran larva yang terbuat dari kayu atau PVC yang diisi dengan tanah gembur. Di sini jugalah tempat menaruh sampah organik sebagai pangan maggot BSF.
"Sampah-sampah ini akan dimakan dan diurai oleh larva-larva ini. Dan selama 2 sampai 3 minggu setelah itu larva bisa dipanen," jelas pria yang juga Ketua LAZISNU Provinsi Lampung ini.
Foto: Larva sedang memakan sampah
Menurut Ustad Hasan, di samping mengatasi permasalahan sampah, kegiatan ini mendidik kreativitas dan jiwa kewirausahaan para santri dalam bentuk pemberdayaan ekonomi dengan memanfaatkan areal pesantren dan sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari di pesantren.
Pesantren Kreatif
Berkat kreativitas unit-unit usaha ekonomi kreatif ini, Pesantren Istiqomah Al Amin pernah mendapatkan penghargaan dari presiden Republik Indonesia sebagai lembaga keagamaan yang berprestasi di bidang ketahanan pangan tingkat nasional.
Pesantren ini juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai pondok pesantren unggulan Bank Indonesia zona Sumatera dalam festival Syariah pada tanggal 4 Agustus 2019.
Selain itu pesantren ini juga terlibat aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar dengan menjadi fasilitator bagi program-program pemerintah di bidang ketenagakerjaan pertanian dan juga perikanan.
"Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan pemerintah terhadap eksistensi pondok pesantren di bidang penguatan ekonomi. Ini jadi momentum memotivasi pondok pesantren untuk terus terlibat dalam pengembangan ekonomi dan meningkatkan kompetensi dan life skill santri diberbagai bidang," pungkasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua