Rembang, NU Online
KH Maimoen Zubair ternyata menyampaikan pesan khusus kepada salah satu putranya yang saat ini menduduki kursi Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin atau lebih akrab disapa Gus Yasin.
Sebelum keberangkatan KH Maimoen Zubair bersama istrinya Nyai Hj Heni Maryam dan ditemani beberapa santri dan keluarga, secara tiba-tiba Mbah Maimoen sempat melontarkan pertanyaan sekaligus pesan almagfurlah kepada Gus Yasin.
Pertanyaan tersebut membuat Wakil Gubernur Jawa Tengah tersebut penuh tanda tanya sekaligus perasaan campur aduk tak karuan. Karena Mbah Moen bertanya apakah pintu kamar pribadinya sudah dikunci apa belum.
Kata Gus Yasin, Mbah Moen berpesan agar kamar tersebut di buka jika dirinya sudah wafat. Sontak kalimat tersebut membuat Gus Yasin semakin penasaran.
“Pesan Kiai Maimoen Zubair, sebelum berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji Abah sempat menyampaikan kamarnya sudah dikunci rapat. Kamar baru boleh dibuka, jika Kiai Maimoen meninggal dunia,” kata Gus Yasin kepada NU Online, Kamis (8/8).
Ia mengaku, saat itu Mbah Moen memegangi tangan Wakil Gubernur Jawa Tengah dengan sangat erat. Gus Yasin pun berusaha menipis perasaan tersebut. Tapi ternyata hal tersebut memang menjadi pesan Mbah Moen sebelum kepergian untuk selamanya.
“Waktu itu pikiran saya sudah nggak karu-karuan. Apalagi beliau memegang tangan saya erat, sambil memandangi saya. Saya berusaha menepis, tidak. Tapi mungkin hal itu menjadi pesan abah, sebelum berpulang ke rahmatullah, “ ungkap Taj Yasin.
Salah satu tinggalan Mbah Maimoen ialah Pondok Pesantren Al-Anwar yang didirikan pada tahun 1967 dan saat ini memiliki 10 ribu santri yang masih menuntut ilmu terbagi dalam 4 pesantren yang harus dirawat dan kelola putra-putranya.
Untuk Pesantren Al-Anwar satu berlokasi di Desa Karangmangu Kecamatan Sarang. Sedangkan ketiga pondok lainnya berada di Desa Kalipang Kecamatan Sarang. Jaraknya kurang lebih 5 KM dari pondok Al Anwar satu. Lokasinya sama-sama berada di tepi jalan Pantura Rembang.
Sejak berdiri, Pesantren Al-Anwar merupakan pondok salaf. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman, Mbah Moen bersama dengan putra-putranya mengembangkan pesantren dengan fasilitas pendidikan formal, namun tidak meninggalkan salaf.
Al-Anwar satu merupakan pesantren yang murni menjaga kesalafannya sampai dengan saat ini. Sedangkan 3 pondok pesantren lainnya terdiri dari sekolah MI, MTs, SMK, dan Sekolah Tinggi Agama Islam. Namun demikian ketiha pondok ini tidak meninggalkan pelajaran salaf sebagai ciri khas pesantren di Kabupaten Rembang. (Ahmad Asmui/Muiz)