Garut, NU Online
Pada tahun 2001 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melakukan safari dakwah ke Pesantren Qiroatus Sab'ah Kudang, Limbangan, Garut, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu, salah satu poin yang disampaikan oleh Gus Dur di hadapan para ulama, umaro dan masyarakat Garut adalah bahwa pusatnya Indonesia adalah pulau Jawa, pusatnya pulau Jawa adalah Jawa Barat, pusatnya Jawa Barat adalah Garut dan pusatnya Garut adalah Limbangan.
"Waktu itu saya masih SMA, pernyataan Gus Dur itu sangat jelas dan yang mendengarnya pun ribuan orang. Saat itu saya merasa aneh karena Gus Dur mana mungkin berbohong lagian tidak ada untungnya juga Gus Dur berbohong sebab Gus Dur bukan orang Limbangan. Kalau yang mengatakannya orang Limbangan bolehlah dengan tujuan misalnya ingin dihormati, tapi ini yang mengatakannya seorang Gus Dur," ungkap Katib Syuriah MWCNU Limbangan H. Imam di Pesantren As-Sa'adah Limbangan, Garut, Jumat, (29/12)
Ditambahkannya, pernyataan Gus Dur tersebut disampaikan tiga kali. Pertama, di Pesantren Kudang, kedua, dalam ceramah di Pesantran Fauzan Garut dan ketiga, dalam sebuah seminar di Dago Bandung yang dihadiri oleh para aktivis dan akademisi.
"Sejak saat itu, saya terdorong untuk menelisik sejarah Limbangan. Dari delapan sumber sejarah Limbangan yang saya dapatkan, hanya tiga sumber saja yang bisa saya katakan sahih sebab lima sumber sisanya itu irasional dan mendekati mustahil, bahkan ada indikasi itu adalah sejarah yang ditulis oleh kolonial," tambah putera sulung Rais PCNU Garut itu
Pertama, kata dia, ada seorang dosen peneliti sejarah yang menemukan secarik tulisan lapuk di museum perpustakaan Universitas Leiden yang isinya menyatakan bahwa pusat kerajaan Nusantara yang membawahi 77 kerajaan di Nusantara itu ada di Limbangan.
Kedua, ada keturunan dari kerajaan Samudera Pasai yang berkunjung ke Garut dan menyatakan bahwa di Limbangan ada sebuah kerajaan besar yang menguasai kerajaan-kerajaan Nusantara.
Ketiga, ada sebuah sumber yang mengatakan bahwa para dai yang menyebarkan agama Islam di Limbangan adalah langsung datang dari Arab.
Ia melanjutkan, Kerajaan di Limbangan tersebut diduga kuat adalah Kerajaan Kerta Rahayu yang dipimpin oleh seorang ulama sekaligus umaro yang bernama Sunan Rumenggong. Kata Rumenggong sendiri merupakan ucapan lidah sunda untuk menyebut gelar tertinggi sebuah kerajaan, Rama Hyang Agung.
Selain itu, di daerah Limbangan juga ada sebuah bukit luas yang dekat dengan sumber air dan seolah pernah dihuni oleh masyarakat banyak dan tempat tersebut diduga bekas kerajaan Kerta Rahayu.
"Sebelum masuk ke tempat tersebut kita akan melewati jalan yang di sampingnya ada jajaran pohon, mana mungkin ada orang iseng menanam pohon tersebut sampai begitu banyak dan juga begitu rapi," tandasnya.
Namun demikian, Imam sendiri belum berani menyimpulkan bahwa pernyataan Gus Dur dan sejarah Limbangan tersebut saling berkaitan. Hal ini dikarenakan ada keterbatasan dalam sumber sejarah dan sumber daya manusia serta yang dianggap cukup berat adalah jika sejarah tersebut dipublikasikan tentu saja akan ditentang oleh para sejarawan yang sudah berpegang pada sejarah mainstream. (Aiz Luthfi/Abdullah Alawi)