Pamekasan, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) Ranting Blumbungan, Larangan, Pamekasan, Jawa Timur merupakan ranting NU terbesar yang ada di Madura. Dengan jumlah penduduk lebih dari 21.000 jiwa dan wilayah yang luas, tentunya memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Ada dua kegiatan inti yang dilaksanakan secara aktif oleh NU Ranting Blumbungan, yakni bahtsul masail dan lailatul ijtima'. Yang unik adalah bahwa kegiatan bahtsul masail di ranting ini tidak hanya diikuti oleh warga setempat, juga warga desa lain, termasuk dari beberapa kecamatan, bahkan ada yang dari Kabupaten Sumenep.
Yang agak memprihatinkan adalah kegiatan lailatul ijtima'. Semenjak ditinggal oleh tokoh NU Blumbungan yang sangat berpengaruh, seperti KH Djufri Marzuki, KH Baihaqi, KH Sayuti Iyadl, kegiatan ini nyaris mati suri. Jika dulunya masyarakat yang turut serta jumlahnya mencapai ratusan, bahkan ribuan, akhir-akhir ini semakin merosot.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Blumbungan untuk menggairahkan jamaah demi giat dalam berjamiyah, termasuk dengan menghidupkan kembali kegiatan lailatul ijtima' tersebut.
Puncaknya, pada Sabtu (28/9) malam. Ketua PRNU Blumbungan, Kiai Ahmad Fauzan Rofiq berhasil melaksanakan pertemuan di Lembaga Pendidikan Islam Babul Ulum Nyalaran. Pertemuan tersebut diikuti oleh seluruh Pengurus Anak Ranting (PAR).
Berdasarkan Surat Keputusan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MECNU) Larangan, diketahui bahwa PRNU Blumbungan memiliki 48 PAR yang tersebar di 16 dusun. Masing-masing PAR memiliki tiga pengurus dan jamaah.
Dari pertemuan tersebut diperoleh kesepakatan dan komitmen bersama bahwa lailatul ijtima' akan dihidupkan kembali dengan keanggotaan dan format yang berbeda tanpa menghilangkan ciri aslinya.
Menurut Kiai Ahmad Fauzan Rofiq bahwa keberadaan lailatul ijtima' bisa menjadi media yang memadai untuk memastikan bahwa amaliah nahdliyah dijalankan dengan sungguh-sungguh.
“Selain itu juga bisa menjadi senjata untuk menangkal paham-paham yang tidak sejalan dengan amaliah Aswaja,” katanya.
Selain itu, lailatul ijtima’ merupakan sarana tepat untuk membahas program NU.
“NU bisa kuat tidak terlepas dari ridla Allah, karena lahir dari rahim ulama, tidak berdasarkan nafsu. Kuatnya NU karena di akar rumput masih ada kegiatan lailatul ijtima'. Jika Pengurus Ranting NU sudah tidak ada yang menghidupkan, maka habislah NU,” tegasnya.
Disampaikan juga bahwa pada dasarnya lailatul ijtima' bukan hanya pertemuan rutin.
“Namun di balik kegiatan itu juga terjalin hubungan silaturahim yang cukup kental dan erat di antara Nahdliyin atau warga NU. Selain itu, lailatul ijtima' merupakan warisan asli ulama yang harus dilestarikan," pungkasnya.
Kontributor: Abdullah Hafidi
Editor: Ibnu Nawawi