Batu, NU Online
Hari santri masih terngiang di benak warga Nahdlatul Ulama (nahdliyin) di kawasan Kota Batu, Jawa Timur. Tak terkecuali di Desa Junrejo. Namun nuansa berbeda digelar dalam rangka mengenalkan pesantren kepada sejumlah pelajar desa setempat.
Lewat komando Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Junrejo, digelar acara yang bertajuk 'Pesantren Sabtu dan Ahad' beberapa waktu berselang.
“Kegiatan yang dipusatkan di Desa Junrejo tersebut diadakan pada Sabtu hingga Ahad dengan tujuan mengajak anak-anak dan remaja untuk lebih menghidupi NU,” kata Mochammad Afifuddin, Kamis (31/10).
Kegiatan ini juga sebagai sarana rekrutmen anggota dan mengenalkan sejumlah tradisi khas NU di antaranya adalah pesantren yang identik dengan tradisi mondok.
Pada saat yang sama, dirinya mengemukakan bahwa kegiatan dalam rangka mengenalkan keberadaan IPNU dan IPPNU di kalangan pelajar.
"Terkait acara, sebenarnya kita melakukan pengkaderan anggota baru. Sekaligus kita ingin mengenalkan bahwa IPNU-IPPNU itu eksis," ujar ketua pelaksana kegiatan ini.
Menurutnya, target pengkaderan anggota adalah mereka yakni para pelajar remaja dengan rentang usia minimal 12 tahun. Dengan demikian memori terkait keberadaan salah satu badan otonom di NU dapat terekam dengan baik.
"Kita maksimalkan kegiatan ini agar ke depannya IPNU-IPPNU Ranting Junrejo memiliki eksistensi yang mumpuni. Kita targetkan kepada teman-teman di madrasah diniyah dan warga sekitar," ungkapnya.
Seperti layaknya pesantren, para peserta diharuskan untuk bermalam. Sehingga mereka telah berada di lokasi pada Sabtu hingga Ahad pagi. Peserta diharuskan untuk menginap sehari mulai dari Sabtu hingga Ahad di TPQ Al-Hidayah Junrejo.
"Dengan terlibat pada kegiatan ini, para peserta dapat merasakan bagaimana suasana pesantren yang merupakan cikal bakal dari NU. Agar mereka pernah merasakan bagaimana kalau mondok," tandasnya.
Lewat acara ini, diharapkan para remaja dapat mengisi akhir pekan dengan kegiatan positif. Termasuk mengurangi ketergantungan menonton televisi dan bermain gawai atau telepon pintar dengan lebih banyak berbaur bersama sebaya.
Kontributor: Bellgis Avrianzah
Editor: Ibnu Nawawi