Bojonegoro, NU Online
Keberadaan mega proyek minyak dan gas (Migas) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur membuat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Bojonegoro ambil peran dalam ikut mensejahterakan masyarakat dengan adanya proyek nasional tersebut.
Hal itu dilakukan badan otonom (Banom) NU di Kota penghasil Migas (sebutan lain Kabupaten Bojonegoro), melalui seminar migas dengan mengusung tema 'optimalisasi pengelolaan migas untuk kesejahteraan rakyat', Sabtu (15/2).
Kegiatan yang diadakan di hotel & resto, dihadiri pengurus ISNU kabupaten dan kecamatan, serta perguruan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat umum.
"Proyek Migas harus bisa mensejahterakan rakyat Bojonegoro. Sehingga peran apa yang bisa dilakukan, termasuk melalui seminar migas yang dilakukan ISNU Bojonegoro ini," kata ketua PC ISNU Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur Yoggi Prana Izza.
Yogi menuturkan, seminar migas yang dilakukan merupakan pemantik keberadaan Migas di Bojonegoro kepada khalayak umum. Pasalnya, setelah ini ISNU Bojonegoro juga akan mengadakan diskusi rutin sebagai sarana diskusi semua hal termasuk migas.
"Seminar Migas ini sekalogus peluncuran Majelis Fikir ISNU Bojonegoro, untuk mendiskusikan banyak hal termasuk migas. Namun isu-isu yang hangat diperbincangkan seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lainnya akan menjadi tema diskusi majelis fikir ke depannya," terang Yogi yang juga dosen IAI Sunan Giri Bojonegoro, Jawa Timur itu.
Senior Manajer hubungan kelembagaan SKK Migas Safe'i Syafri memparkan perkembangan Migas secara nasional. Sebab eksploitasi di Bojonegoro penyumbang terbesar Migas nasional. Ada syarat khusus pelaksanaan migas yang harus dimiliki.
"Selain peralatan yang memadahi dan canggih, skill kemampuan serta biaya yang besar harus disiapkan," ungkap pria kelahiran Sumatera Selatan.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) ISNU M Kholid Syeirazi menyebut, keberadaan migas bisa dianggap sebagai kutukan, sehingga harus pandai-pandai mengelolanya. Pasalnya, beberapa daerah bahkan negera penghasil Migas belum menjamin masyarakatnya sejahtera.
"Padahal Migas itu bisa habis dan tidak tau sampai kapan, karena keberadaannya di dalam perut bumi. Untuk itu perlu menyiapkan energi terbarukan agar tidak mengandalkan Migas," terangnya.
Komisaris PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS) Ifa Khoiria Ningrum menambahkan, Blok Cepu Bojonegoro diperkirakan memiliki cadangan minyak 600 juta barel dan kandungan gas 8,772 triliun kaki kubik.
"Desa-desa di dua kecamatan yakni Ngasem dan Kalitidu tempat EMCL berada memiliki tingkat kemiskinan di atas 65 persen, penerima BLT 85 persen," ujarnya.
Disampaikan, data BPS Maret 2019 Nasional 9,4 persen, Jawa Timur 10,37 persen dan Bojonegoro menjadi 11 Kabupaten termiskin di Jawa Timur 13,16 persen atau sekitar 154 ribu penduduk miskin.
Selain itu Indeks Pembangunan Manusia Jawa Timur 70,77 persen, Bojonegoro 67,85 persen dengan indikator Pendidikan, Kesehatan, dan Indeks daya beli. Serta jumlah pengangguran Jawa Timur 3,83 persen dan Bojonegoro 3,7 persen.
"Pengaturan migas harus bersifat khusus karena merupakan bidang usaha strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak. Perlu perombakan paradigma pengelolaan migas dari revenue-oriented ke growth-oriented," paparnya.
"Migas tidak sebagai komoditi ekspor penghasil devisa, tetapi sebagai modal pembangunan, jangka panjang harus dikeluarkan dari keranjang penerimaan APBN," imbuhnya.
Hadir dari Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) dan Pertamina EP Cepu (PEPC) sebagai operator KKKS di Bojonegoro, Jawa Timur. Senior Manajer hubungan kelembagaan SKK Migas Safe'i Syafri dan Sekretaris Umum PP ISNU M Kholid Syeirazi serta pemateri dari lokal Bojonegoro Komisaris PT Bojonegoro Bangun Sarana Ifa Khoiria Ningrum.
Kontributor: M Yazid
Editor: Abdul Muiz