Bondowoso, NU Online
Sejak awal didirikan pada 1926, hingga kini ini usia Nahdlatul Ulama (NU) hampir berusia satu abad atau 100 tahun. Bila dibandingkan dengan manusia, maka keberadaan usia jamiyah ini telah lanjut.
"Tapi eksistensi NU hingga hari ini masih diakui oleh banyak kalangan sebagai salah satu organisasi yang menjaga perdamain," H Mas'ud Ali, Ahad (30/6).
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bondowoso, Jawa Timur ini pada konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Jambesari Darus Sholah.
Kegiatan yang diikuti sembilan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) tersebut digelar di Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial Mambaul Ulum Desa Grujugan Lor, Kecamatan Jambesari Darus Sholah.
Menurut dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember ini, keberadaan NU tidak hanya mendapat pengakuan dari Indonesia, bahkan sejumlah negara mengapresiasi peran dan ekstensensi dalam menjaga kedamaian, keharmonisan, serta keutuhan bangsa bangsa.
“Oleh karena itu, kita sebagai pengurus maupun warga biasa sudah sepatutnya bangga menjadi bagian warga Nahdlatul Ulama sampai saat ini,” katanya di hadapan peserta konferensi.
Dalam pandangannya, ada nilai lebih yang layak dibanggakan sebagai bagian dari jamiyah. "Menjadi warga NU saja demikian membanggakan, apalagi sebagai pengurus,” kata pria yang pernah menjadi pengurus Gerakan Pemuda Ansor tersebut.
Karenanya, tugas generasi muda termasuk kepengurusan di MWCNU adalah meneruskan cita-cita yang telah torehkan para muassis atau pendiri jamiyah ini. “Banyak hal yang telah diperjuangkan para pendahulu yakni para kiai, ulama NU generasi awal. Tugas para penerus adalah memastikan khidmah tersebut bisa terus dijaga hingga saat kini,” jelasnya.
H Mas'ud Ali kemudian menceritakan bagaimana sejumlah ulama dan kiai terlibat dengan sangat dalam serta merupakan bagian tidak terpisahkan dalam proses kemerdekaan. “Dan siapa saja mengakui peran para pendahulu jamiyah ini dalam memastikan kemerdekaan RI, sehingga tercatat sebagai pahlawan dan syuhada,” sergahnya.
Kiprah yang demikian penting tersebut menempatkan NU dan ulama bersama santri sebagai bayangan dari Negara. “Bahkan ada yang mengemukakan andai saja para ulama dan NU tidak berkiprah, maka bagaimana nasib bangsa ini,” katanya.
Kondisi serupa juga akan dialami bangsa Indonesia saat ini. Dalam artian, bila dukungan NU kepada negara lemah, maka dapat dipastikan masa depan bangsa ini juga terancam. “Pilihannya hanya satu, yakni bagaimana memperkuat NU di semua tingkatan. Karena bila NU kuat, maka semakin kuat pula negeri ini,” tegasnya.
Ketua MWCNU Jambesari Darus Sholah, Abdul Mufid bersyukur konferensi dapat terlaksana sesuai harapan. Yang juga membanggakan dari kepengurusan yang ada adalah telah memiliki kantor untuk melayani administrasi dan kebutuhan warga.
"Dan selama lima tahun juga alhamdulillah MWCNU ini sudah mempunya kantor di daerah Jambe Anom dan beberapa aset yang ada," pungkasnya. (Ade Nurwahyudi/Ibnu Nawawi)