Ketua Ansor Jabar: Rasulullah Tak Pernah Deklarasikan Negara Islam
NU Online · Sabtu, 1 Mei 2021 | 18:00 WIB
Suci Amaliyah
Kontributor
Bekasi, NU Online
Kewajiban mendirikan negara Islam tidak pernah dideklarasikan Nabi Muhammad SAW. Itu hanya bai’at Rasulullah dalam bacaan dua kalimat syahadat: Asyhadu an laa ilaaha illallahahu, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya).
Hal tersebut disampaikan Ketua Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat, Deni Ahmad Haidar, dalam webinar bertajuk Negara Islam dan Berbagai Macam Tafsirannya yang diselenggarakan GP Ansor Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (1/5).
Dikatakan, mayoritas kaum Sunni tidak ada penulisan otoritas politik. Itu murni ijtihad yang diambil oleh para sahabat kecuali, teman-teman Syi’ah, yang menganggap bahwa kepemimpinan politik dilanjutkan dan diwariskan kepada Sayyidina Ali.
“Ijtihad Khulafaur Rasyidin kalau digambarkan sekarang seperti Negara Republik Indonesia (NKRI). Dari Sayyidina Abu Bakar ke Sayyidina Umar, dari Sayyidina Umar ke Sayyidina Ustman. Lalu terakhir ke Sayyidina Ali. Jadi, hampir tidak ada yang memiliki kekerabatan sedarah. Pemilihan itu luar biasa,” jelas Deni.
Melihat data transparasi internasional, lanjut dia, negara-negara mayoritas berpenduduk Muslim tidak begitu islami. Sedangkan negara yang islami justru negara yang populasi Muslim-nya sedikit.
“Misalnya, Finlandia dan Selandia Baru, mereka menerapkan prinsip-prinsip yang diatur oleh Islam terkait keadilan, transparasi, dan sebagainya,” paparnya.
Menurut Deni, soal kewajiban mendirikan negara Islam bisa mencontoh Indonesia. Artinya, ada model negara mayoritas berpenduduk Muslim yang memilih republik, ada pula yang monarki.
Ia mengungkapkan, sejak Khulafaur Rasyidin tidak ada satu kekuasaan yang mewakili seluruh umat Islam. Islam lebih dari satu. Sah saja jika dulu zaman Mataram ada Kerajaan Demak Bintoro dan Kesultanan Aceh tanpa menjadi negara massal di bawah kekuasaan Turki Usmani.
Problem lama
Deni menambahkan, soal agama dan negara merupakan sesuatu yang sudah lama menjadi problem. Sampai hari ini, masih ada yang menyebut Indonesia negara taghut, tidak islami. Padahal pendiri negara ini bukanlah orang berpengetahuan kaleng-kaleng.
“Ini problem membingungkan sekaligus problem keumatan yang rumit. Timur Tengah, misalnya, hari ini terus bergejolak dengan beberapa negara karena perebutan proyeksi negara yang mewakili Islam. Hasilnya, konflik bersenjata serta penderitaan yang terjadi di negara-negara Timur Tengah seperti munculnya terorisme,” tuturnya.
Menurut dia, hari ini kita masih sibuk dengan persoalan remeh-temeh. Padahal literatur, nash-nash, teks-teks keagamaan sudah banyak ditafsirkan secara tuntas. Itupun ternyata masih ada sebagian kelompok kecil yang menganggap minoritas politik Rasulullah harus diteruskan.
“Seharusnya hari ini sudah memikirkan mekanisasi pertanian yang semakin modern, kemudian teknologi penerbangan yang makin keren,” tandas Deni.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
Terkini
Lihat Semua