Jember, NU Online.
Akar utama yang menjadi pemicu perilaku korupsi adalah gaya hidup. Sebab, rata-rata para koruptor adalah mereka yang hidupnya berkecukupan. Namun karena didorong oleh keinginan untuk hidup lebih wah, maka akhirnya mencuri uang rakyat.
Demikian disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Fatayat NU Jawa Timur, Hikmah Bafaqih saat menjadi pembanding pada acara bedah buku Jihad NU Melawan Korupsi di aula Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah As-Sunniyah (STAIFAS) Kencong, Jember, Selasa (13/3).
Menurutnya, gaya hidup konsumtif dan glamor, telah mendorong sebagian orang menghalalkan segala cara untuk mengumpulkan uang. Padahal hal tersebut jelas-jelas merugikan negara dan dirinya sendiri. "Kita jangan terjebak pada gaya hidup yang ujung-ujungnya korupsi," tukasnya.
Dirinya menambahkan, seharusnya dalam lingkup keluarga, ada semacam kesepakatan tentang ukuran kebahagiaan dan kesuksesan menurut kemampuan masing-masing. “Jadi tidak memaksakan diri mengikuti gaya hidup orang lain,” tandas Hikmah.
Ia lalu mencontohkan kehidupan sosok almaghfurlah KH Muchit Muzadi yang sangat sederhana walaupun tawaran kemewahan datang dari sana-sini.
"Beliau pernah menjadi pejabat, lama menjadi anggota DPRD dan mempunyai hubungan dengan pejabat tinggi negara, tapi hidupnya sangat sederhana," urainya.
Sedangkan pembanding lain, H Nur Solikin menyampaikan bahwa NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia bahkan dunia seharusnya menjadi ujung tombak dalam pemberantasan korupsi.
Diakuinya bahwa NU sudah banyak mengeluarkan fatwa tentang kejahatan korupsi, tapi di tataran implementasi masih rendah. "Saya kira yang perlu diperkuat, bukan hanya dalam penindakan korupsi tapi juga pada sosialisasi budaya anti korupsinya," tandas dosen IAIN Jember tersebut. (Aryudi AR/Ibnu Nawawi)