Daerah

Ketua LKKNU Sumbar, Martin Kustati Jadi Rektor Perempuan Pertama UIN IB Padang

Rabu, 28 Juli 2021 | 10:15 WIB

Ketua LKKNU Sumbar, Martin Kustati Jadi Rektor Perempuan Pertama UIN IB Padang

Prof Dr. Martin Kustati resmi dilantik Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menjabat Rektor Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN IB) Padang. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online

Prof Dr. Martin Kustati resmi dilantik Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menjabat Rektor Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN IB) Padang. Pelantikan berlangsung di Jakarta, Rabu (28/7).

 

Martin dilantik menggantikan Prof. Dr. H. Eka Putra Wirman, MA, yang telah habis masa tugasnya. Sebelumnya, Senat UIN IB Padang mengajukan dua nama kepada Menteri Agama untuk ditetapkan menjadi Rektor UIN IB Padang periode 2021-2025, yakni Eka Putra Wirman dan Martin Kustati.    

 

Martin Kustati yang juga Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) PWNU Sumatera Barat, sebelumnya menjabat Direktur Pascasarjana UIN IB Padang.

 

Usai dilantik, Martin menyebutkan, ini adalah amanah yang ditakdirkan Allah kepadanya untuk menjalankannya. Menurutnya, UIN Imam Bonjol adalah lembaga publik, maka keterlibatan publik sangat diperlukan untuk mengembangkan agar UIN ini tidak saja lokomotif pengembangan keagamaan, tapi eksistensi UIN benar-benar bedayaguna dan bermafaat bagi kehidupan umat dan bangsa.

 

"Mari kita bersama saling membesarkan, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, selangkah seayun dan searah sesaran," kata Martin kepada NU Online.

 

Martin mengakui, dengan kebersamaan segenap civitas akademika, berupaya keras meningkatkan dan mengembangkan UIN IB ke depannya. Dengan melibatkan potensi dan jejaring yang sudah ada dan terus dikembangkan, UIN IB Padang harus maju. 

 

Martin Kustati lahir di Manna, Bengkulu Selatan, 18 Agustus 1973 dari pasangan Suharjo dan Sukmawati. Dari suaminya, Briptu Zulfikri, Martin dikarunia tiga orang anak. Masing-masing Dwi Yudha Zulmar, Dwi Yudhi Zulmar dan Muhammad Ilham Zulmar.

 

Jenjang pendidikan Martin Kustari dimulai di SDN No 17 Manna, Bengkulu Selatan,  SMPN No 02 Manna, Bengkulu Selatan dan  SMAN No 1 Manna, Bengkulu Selatan. Sarjana muda diselesaikan di Akademi Bahasa Asing Budidharmma (1996) dan sarjana strata 1 di FKIP, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (2000). Melanjutkan pendidikan Magister di Universitas Negeri Padang (UNP) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (2003) dan program doktor (S3) Universitas Kebangsaan Malaysia, TESL (2011).

 

Selain itu, Martin juga tercatat di sejumlah organisasi seperti Anggota Teaching English as a Second Language (TEFLIN), 2013 – sekarang, Bidang Penelitian Asosiasi Dosen Republik Indonesia (ADRI) 2017 – sekarang, Bidang Pendidikan dan Pelatihan Himpunan Editor Berkala Indonesia (HEBI) 2020 – sekarang, anggota Adosiasi pusat Studi Wanita/ Gender Indonesia (ASWGI) 2016 – sekarang,  Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) PWNU Sumatera Barat sejak 2020 dan Anggota Council of Asian Science Editor (CASE).  

 

Ketua Senat UIN IB Padang Prof. Asasriwarni,  yang dihubungi NU Online, Rabu (28/7)  mengatakan, tantangan ke depan  UIN IB Padang adalah bagaimana pentingnya membangun moderasi beragama di kalangan akademisi UIN IB Padang. Karena moderasi beragama semakin dibutuhkan saat ini dan ke depan dalam kehidupan yang semakin majemuk.

 

Menurut Asasriwarni, dengan pemahaman moderasi beragama tersebut, tidak menimbulkan pemikiran, sikap dan tindakan yang ekstrim dan keras. Bagaimana UIN mampu mencetak dan melahirkan sarjana yang memiliki keilmuan Islam yang  sesuai dengan visi misi UIN. Menjadikan sarjana muslim yang bertakwa, beriman kepada Allah Swt. dan menjalankan agama Islam rahmatan lil 'alamin, membawa Islam yang menjadi rahmat (manfaat) untuk sekali alam.

 

Diakui Asasriwarni, memang tidak ringan tugas Rektor UIN IB Padang ke depan. "Makanya Rektor nantinya dibantu Wakil Rektor bidang akademik, administrasi keuangan dan kemahasiswaan. Ditambah para dekan, wakil dekan, biro dan dosen yang akan sangat berperan mewujudkan visi dan misi tersebut," ujarnya.

 

Di bagian lain Asasriwarni juga berharap UIN IB Padang akan terus berkembang di bawah kepemimpinan rektor perempuan pertama di UIN IB Padang sejak berdiri yang sebelumnya bernama IAIN.

 

Sebagai universitas, harus banyak guru besar yang dilahirkannya. "Saat ini sudah banyak doktor di UIN IB, namun masih belum banyak yang mencapai guru besar. Bagaimana rektor baru ini mampu mendorong percepatan  proses para doktor tersebut mencapai guru besar. Apalagi prosesnya semakin lebih mudah dibanding sebelumnya yang melibatkan dua lembaga, yakni Kemenag dan Kemendikbud," kata Asasriwarni yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumatera Barat ini

 

Kontributor: Armaidi Tanjung

Editor: Zunus Muhammad