Gresik, NU Online
Tantangan pendidikan Nahdlatul Ulama saat ini tidaklah ringan. Di samping membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, yang paling dituntut adalah bagaimana tenaga pengajar bisa profesional saat di sekolah. Hal tersebut penting agar keberadaan lembaga pendidikan NU bisa memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain.
Penegasan ini disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Timur, H Sururi. Pesan disampaikan pada kegiatan pengajian rutin Sabtu Pahing yang diselenggarakan di gedung Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Driyorejo, Gresik.
Menurutnya, para guru untuk meningkatkan profesionalitas dan mendalami jiwa Aswaja an-Nahdliyah. Karena menjadi guru profesional sangat penting untuk menunjang pengetahuan anak didik. Juga mendalami jiwa Aswaja an-Nahdliyah dijadikan dasar dalam mengamalkan keilmuan yang dimiliki agar selalu terarah.
"Yang kita butuhkan saat ini adalah professionalitas sebagai kader guru NU agar tidak kalah cakap dengan guru lain. Nah, Aswaja an-Nahdliyah ini kita jadikan dasar sebagai penguat sekaligus penangkis pengaruh dari luar untuk anak-anak didik kita semua,” ujar H Sururi dengan semangat.
Sedangkan KH Makruf Khozin yang juga sebagai pemateri menekankan poin penting menjadi seorang guru dan memberikan amalan yang disampaikan.
"Bapak dan ibu, ini saya ada amalan yang diambil dari kajian kitab Adabul Alim wal Muta'alim yakni, membaca Fatihah sebanyak 41x kemudian membaca doanya surat Al-fatihah ini dibaca sebanyak 3 kali,” kata Ketua Pengurus Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur tersebut.
Sejurus kemudian, Kiai Makruf Khozin membacakan doa yang bisa diamalkan sebelum maupun setelah shalat subuh.
"Manfaat dari mengamalkan doa tersebut adalah keluarganya ditata oleh Allah. Kedua, ekonominya ditata oleh Allah dan ketiga, keturunannya ditata oleh Allah,” kata alumnus Pesantren Ploso, Kediri tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, bagi yang istikamah mengamalkan, khususnya para guru, maka murid-muridnya juga ditata oleh Allah SWT, lanjutnya.
Kegiatan ini diselenggarakan seluruh anggota Pergunu Driyorejo. Mulai dari kepala sekolah, wakil, guru dan tenaga administratif yang ada di bawah koordinasi Lembaga Pendidikan Ma'arif NU.
Sedangkan kitab yang dikaji yakni Adabul 'Alim wal Muta'alim yang merupakan karya Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari. Kitab karya pendiri Nahdlatul Ulama tersebut dipilih sebagai kitab kajian karena sangat relevan dengan kebutuhan Pergunu yang saat ini sedang melanjutkan perjuangan di bidang pendidikan.
Pada kesempatan lain, Sulistiyo selaku Ketua Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Driyorejo mengatakan, acara ini telah rutin diadakan setiap bulan yang ditepatkan pada hari Sabtu Pahing.
"Untuk waktunya kita semua bersepakat hari itu, tidak pernah berubah. Tapi pematerinya kita jadwalkan dari beberapa unsur NU. Alhamdulillah ini wujud kami sebagai kader NU dan semoga istiqamah" tutur Kepala MI Kesamben itu.
Pewarta: M Jauhari Utomo
Editor: Ibnu Nawawi