Ma’had Aly Krapyak, Perguruan Tinggi Pesantren yang Khusus Mendalami Fiqih dan Ushul Fiqih
Rabu, 18 Desember 2024 | 10:00 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Bantul, NU Online
Ma’had Aly Krapyak, Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan suatu lembaga pendidikan tinggi pesantren dengan takhassus (konsentrasi) mendalami ilmu fiqih dan ushul fiqih.
Wakil Mudir II (pemimpin) Bidang Kemahasantrian Humaidi AS menyampaikan bahwa sejak zaman KH Ali Maksum, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1981-1984, di Pondok Krapyak sudah ada pendidikan keagamaan yang berbasis kitab kuning secara mendalam. Pada 2017, Ma’had Aly Krapyak telah mendapat pengakuan atau legalitas dari Kementerian Agama (Kemenag).
Ia menyampaikan bahwa takhassus fiqih dan ushul fiqih di Ma’had Aly Krapyak berkonsentrasi di bidang maqahid syariah dan fiqih tahawwulat.
“Mudir kami, KH Afif Muhammad mendalami (konsentrasi) itu, maqahid syariah. Beliau secara langsung yang mengampu mata kuliah-mata kuliah Maqashid, seperti Ma’alatul Af’al, Qawaid Maqasid,” ujar Humaidi kepada NU Online di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, pada Selasa (17/12/2024).
Humaidi menyampaikan bahwa visi Ma’had Aly Krapyak adalah mampu mencetak mahasantri yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni di berbagai bidang dengan konsentrasi pada kajian fiqih dan ushul fiqh, sekaligus mampu mengembangkan riset dan kajian secara mendalam.
Adapun kurikulum pembelajaran menggunakan pendekatan akademik dan pendekatan pesantren salaf. Pendekatan akademik digunakan dalam mengukur jumlah pertemuan dan penilaian.
Sementara pendekatan salaf digunakan untuk metode perkuliahan, yakni pengajian tidak hanya berlangsung selama perkuliahan terjadwal di kelas, tetapi ada juga kuliah sorogan yang berlangsung mulai sesudah shubuh yang langsung diampu oleh Mudir Ma’had Aly.
Baca Juga
Periode Awal Pesantren Krapyak
Mata kuliah di Ma’had Aly Krapyak terdiri atas dasar keislaman, takhassus (konsentrasi), pendukung (pilihan), dan penulisan karya ilmiah (bahts, risalah takharruj atau skripsi).
“Kita juga mengadopsi mata kuliah yang memang diwajibkan di awal-awal semester, seperti Bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam mata kuliah Bahasa Indonesia itu kita menggunakan creative writing untuk mengeksplorasi kemampuan menulis. Contoh mata kuliah fiqih dua semester awal akan mempelajari Fathul Muin untuk fiqih ibadahnya, semester berikutnya, kita menggunakan Minhajut Thalibin,” ucapnya.
“Kita gunakan kitab kontemporer seperti dalam fiqih nawazil kita gunakan Qadaya Fiqhiyyah Mu’ashirahu,” lanjutnya.
Humaidi mengatakan bahwa Ma’had Aly Krapyak sering mengirimkan mahasantrinya untuk mengikuti bahtsul masail sehingga mengasah kemampuan diskusi dan berpikir kritis.
Baca Juga
4 Kamus Lahir dari Krapyak
“Kita selalu mendorong mahasantri untuk mengikuti kegiatan seperti bahtsul masail, lomba tulis ilmiah, informasi seperti itu kita selalu kita berikan,” katanya.
Ia mengatakan bahwa untuk meningkatkan jiwa bermasyarakat, mahasantri diajarkan mengikuti kegiatan khidmatul mujtama’ atau pengabdian kepada masyarakat.
"Belajar bermasyarakat seperti menjadi dai Ramadhan, pengabdian masyarakat melalui khidmatul mujtama’ atau kuliah kerja nyata (KKN) untuk melatih para mahasantri mengerti keadaan dan problem masyarakat,” ujar Humaidi.
Di samping itu, ada juga pembelajaran yang memadukan sistem salaf dan modern, talaqqi atau sorogan, serta secara interaktif. Tenaga pengajarnya langsung diajar oleh kiai, praktisi, dan alumni yang kebetulan juga dosen dari kampus perguruan tinggi.
Terpopuler
1
Susunan Lengkap Pengurus Besar PMII 2024-2027
2
Khutbah Jumat: 4 Amal Ibadah Penghantar Menuju Surganya Allah
3
Duduk Perkara Persoalan JATMAN: Munculnya PATMAN hingga Ikhtiar PBNU Mencari Solusi
4
Khutbah Jumat: Keutamaan Memelihara Shalat dan Memakmurkan Masjid
5
Khutbah Jumat: Meniti Jalan Menuju Surga
6
KH Achmad Chalwani dan KH Ali Masykur Musa Pimpin JATMAN 2024-2029
Terkini
Lihat Semua