Mahasantri Tebuireng Berbagi Kunci Sukses 5 Kali Juara Lomba Dai dan MSQ dalam Sebulan
NU Online · Senin, 10 November 2025 | 06:00 WIB
Jombang, NU Online
Muhammad Khaidar Ali, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang, terus mengukir prestasi. Selama Oktober 2025, tercatat lima prestasi yang berhasil diraih dalam berbagai bidang lomba di tingkat regional dan nasional.
Dalam kurun 1 Oktober hingga 1 November 2025, mahasantri asal Desa Gampingrowo, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo itu meraih Juara 3 Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ) di Universitas Jember, Juara 3 Lomba Dai di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Juara 2 Lomba Dai di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang (UNHASY), Juara 2 Lomba Pidato di Pondok Pesantren At-Tanwir Bojonegoro, serta Juara 3 Lomba Da’i di Universitas Airlangga Surabaya.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena bisa diberikan kesempatan meraih lima kejuaraan dalam satu bulan. Ini anugerah yang luar biasa bagi saya,” ujar Khaidar Ahad (9/11/2025) diberitakan laman resmi kemenag.go.id.
Bukan Tanpa Gagal
Meski kini dikenal berprestasi, perjalanan Khaidar tidak berjalan mulus. Ia mengaku pernah mengalami kegagalan berkali-kali, bahkan sempat diremehkan.
Sebelum rangkaian prestasinya pada Oktober, Khaidar mengikuti dua perlombaan pada September, yakni MSQ di Yogyakarta dan Lomba Dai Online di UIN Sunan Ampel Surabaya. Keduanya belum membuahkan hasil. Namun, ia menolak menjadikan kegagalan sebagai alasan untuk berhenti.
“Ketika MTs saya adalah pribadi yang pemalu, minder, dan sulit berinteraksi dengan orang lain. Saat MA, saya mencoba melawan rasa takut itu dan mulai ikut perlombaan. Selama satu setengah tahun pertama, saya belum pernah meraih juara sama sekali meski sudah ikut sekitar 8–10 event,” kenangnya.
Tak jarang ia mendapat komentar meremehkan dari lingkungan sekitar. “Pernah ada yang mengejek, ‘Buat apa ikut lomba kalau ujung-ujungnya kalah?’ Tapi saya tetap yakin bahwa apa yang saya tanam sekarang, hasilnya akan dipanen nanti.”
Keyakinan itu terbukti. Menjelang akhir kelas XI dan awal kelas XII SMA, ia mulai meraih kemenangan demi kemenangan. Spirit pantang menyerah itu terus ia bawa hingga kini menjadi mahasantri Ma’had Aly.
Cinta Orang Tua Jadi Sumber Semangat
Ketika ditanya tentang kunci keberhasilannya, Khaidar tak menyebut latihan, pengalaman, atau teknik public speaking sebagai hal pertama. Jawabannya sederhana namun mendalam, ridho orang tua.
“Persiapan paling utama adalah meminta ridho kedua orang tua. Mereka adalah semangat dan kunci keberhasilan saya. Setelah itu baru menyiapkan materi yang berkualitas sesuai ketentuan lomba dan berlatih berulang kali,” ungkapnya.
Ia mengaku selalu menyempatkan waktu untuk berkomunikasi dan memohon doa orang tua sebelum berangkat mengikuti lomba. Setelah ikhtiar maksimal dilakukan, barulah ia memasrahkan hasilnya kepada Allah.
“Yang penting kita berusaha, lalu serahkan hasilnya kepada Allah. Dengan ridho orang tua dan doa, jalannya selalu terasa dipermudah,” tambahnya.
Potensi di Bidang Public Speaking
Khaidar memilih fokus pada kompetisi yang berkaitan dengan kemampuan berbicara di depan publik. Baginya, ini bukan hanya tentang juara, tetapi tentang menggali potensi dan mengasah kepercayaan diri.
“Bidang yang saya minati adalah public speaking, seperti lomba dai, pidato, dan syarhil Qur’an. Saya merasa Allah memberi saya potensi di bidang itu, sehingga saya ingin terus mengembangkannya,” jelasnya.
Public speaking ia nilai penting untuk bekal dakwah di masa mendatang. Kemampuan berbicara dengan baik, menurutnya, adalah wasilah untuk menyampaikan kebaikan dan nilai Islam kepada masyarakat.
Tidak Ingin Cepat Puas
Meskipun prestasi sudah banyak ia kumpulkan, Khaidar menegaskan tidak ingin larut dalam euforia. Ia berharap pencapaian ini menjadi dorongan untuk terus belajar, bukan berhenti berproses.
“Harapan saya, semoga saya tetap rendah hati, tidak mudah puas, dan terus semangat memperdalam ilmu serta pengalaman. Saya ingin terus memperbaiki diri menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri,” ujarnya.
Ia juga berpesan kepada generasi muda, khususnya santri, agar tidak mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan. Menurutnya, setiap proses membutuhkan waktu, dan hasil tidak akan mengkhianati usaha.
“Kalau kita mau berusaha, pasti ada jalan. Keyakinan pada diri sendiri itu penting. Jangan menyerah hanya karena gagal beberapa kali,” tutupnya.
Prestasi Khaidar menjadi bukti bahwa lingkungan pesantren mampu melahirkan generasi muda yang unggul, percaya diri, dan kompetitif. Semangat pantang menyerah serta penghormatan kepada orang tua yang ditunjukkan oleh Khaidar menjadi teladan bagi santri di seluruh Indonesia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua