Cirebon, NU Online
Guru Besar IAIN Jember, KH M Noor Harisudin mengatakan Maulid Nabi adalah momentum bagi umat Islam untuk terus menghadirkan Nabi. Dengan selalu menghadirkan Nabi Saw, umat Islam akan dijauhkan dari azab.
"Seperti disebutkan dalam Al-Qur'an QS Al Anfal ayat 33, ada dua hal yang menjadikan diurungkannya azab; yaitu karena kehadiran Nabi Saw dan orang- orang yang meminta ampun pada Allah Swt. Keduanya menjadikan azab menjadi jauh dari umat," kata kiai yang juga Wakil Ketua LDNU Jawa Timur ini.
Dalam Khutbah Jumat di Masjid IAIN Shekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, Jumat (8/11), selain menghadirkan Nabi Saw, Maulid juga hendaknya dapat dijadikan inspirasi meneladani Nabi.
"Ketika Nabi Saw wafat, Abu Bakar langsung datang ke Aisyah. Abu Bakar bertanya, 'Apa ada sunah Nabi yang belum saya lakukan?" ia mengisahkan.
Akhirnya, Siti Aisyah bercerita tentang kebiasaan Nabi Muhammad yang setiap hari memberi makan orang Yahudi yang buta di pasar Madinah. Abu Bakar lalu mempraktikkannya, memberi makan Yahudi miskin dan buta seperti disebutkan dalam Sirah Nabawiyah.
"Pertanyaan Sahabat Abu Bakar ini yang mesti kita tanyakan pada diri kita: Apakah ada sunah Nabi yang belum kita praktikkan di bulan maulid Nabi ini," ujar Director of World Moslem Studies Center yang berkedudukan di Bekasi tersebut.
Pada sisi lain, Maulid Nabi Saw juga menjadi momentum untuk mencapai keberislaman yang mendarah daging (being) seperti penggambaran Aisyah tentang akhlak Nabi yang seperti Al-Qur'an.
"Seperti kita tahu, Islam baru diajarkan sebatas knowing (pengetahuan). Islam belum diteruskan pada doing bahkan being. Karena itu, maulid Nabi adalah momentum untuk men-carger Islam kita agar menjadi being," tegas Ketua Umum Asosiasi Penulis dan Peneliti Islam Nusantara Seluruh Indonesia.
Ia mencontohkan, misalnya umat Islam membaca hadits yang menyatakan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Banyak dari umat Islam yang belum mempraktikkan, apalagi sampai mendarah daging dalam kehidupan.
Kontributor: Sohibul Ulum
Editor: Kendi Setiawan