Daerah

Milenial NU Harus Jadi Inspirator di Tengah Masyarakat

Sabtu, 7 September 2019 | 16:30 WIB

Milenial NU Harus Jadi Inspirator di Tengah Masyarakat

Wakil Sekretaris PWNU Jatim, HA Hakim Jayli

Surabaya, NU Online
Generasi milenial Nahdlatul Ulama (NU) diharapkan mampu memberikan inspirasi kepada semua orang. Hal ini disampaikan Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, HA Hakim Jayli di hari pertama kegiatan NU Millenial Digital Camp, Jumat (6/9) malam.
 
Menurutnya, generasi milenial NU garus harus bisa membuat gerakan yang mana gerakan itu bisa menginisiasi semua orang. “Yakni gerakan yang tidak hanya menggerakkan warga NU saja, tapi gerakan yang bisa menggerakkan seluruh warga Indonesia,” jelasnya.
 
Pria yang menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) TV9 Nusantara ini mengatakan bahwa dalam mewujudkan hal itu, generasi milenial NU harus bisa mewujudkan persatuan dan kolaborasi antar organ yang ada di NU.
 
Showu sufufakum, fainna fissufuwi tamamil harokah. Rapatkanlah barisanmu, sesungguhnya di dalam rapatnya barisan itu adalah kesempurnaan suatu pergerakan,” ujarnya.
 
“Jadi, marilah kita bekerjasama untuk kemajuan NU. Sebagaimana maksud tali yang ada di dalam logo NU yang maksudnya adalah persatuan. Karena jika NU bersatu, maka akan sulit untuk dikalahkan,” imbuhnya.
 
Dikatakan, perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, khususnya di bidang internet juga harus bisa dimanfaatkan oleh generasi milenial NU. Menurut pria yang merupakan alumni Universitas Indonesia (UI) ini mengharapkan semua warga NU bisa mengikuti perkembangan ini sehingga bisa memanfaatkan situasi yang ada. 
 
“Anda bisa melihat hari ini bahwa media internet sudah menjadi media kita semua. Sekarang semua urusan berurusan dengan internet. Mulai bidang media, bisnis, transportasi, dan masih banyak lagi lainnya,” tukasnya.
 
“Internet membuat peta persaingan bisnis berubah. Jika tidak mengubah strategi bisnisnya, mereka akan bertekuk lutut,” tambahnya.
 
Islam yang asalnya menjadi inspirasi. Akan tetapi, sekarang ini telah dikecilkan oleh segelintir kelompok dan telah berubah menjadi sebatas identitas belaka. Akhirnya banyak fenomena yang sering disebut dengan hijrah, namun salah kaprah.
 
“Hijrah saat ini merupakan politik identitas yang dipakai sebagai mobilisasi suatu gerakan tertentu. Dan mobilisasi itu diatasnamakan agama untuk tujuan tertentu,” bebernya.
 
Hakim berpesan kepada para peserta kegiatan yang berlangsung pada Jumat (6/9) hingga Ahad (8/9) di gedung PWNU Jawa Timur ini untuk senantiasa bersikap hormat dan berkhidmat. Sebab keduanya bisa memberikan manfaat kepada siapapun yang melaksanakannya.
 
Bil hurmati intafa’u. Wa bil khidmati, irtafa’u. Dengan bersikap hormat, kita akan bermanfaat. Dengan berkhidmah, kita akan meningkat,” pungkasnya.
 
Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Muiz