Daerah

Ngaji Kitab Sabilu Taubah, Inilah Keutamaan Orang-Orang Maksiat yang Bertobat

Rabu, 5 Maret 2025 | 03:00 WIB

Ngaji Kitab Sabilu Taubah, Inilah Keutamaan Orang-Orang Maksiat yang Bertobat

Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyyah 2 Lasem Rembang, Nyai Fika, saat mengampu Kitab Sabilu Taubah, pada Selasa (4/3/2025). (Foto: NU Online/Ayu)

Rembang, NU Online

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyyah 2, Lasem, Rembang, Jawa Tengah Nyai Hj Fithroh Kamilah (Fika) menyampaikan sebuah kisah dari seorang yang berbuat maksiat lalu bertobat guna mencari ridha Allah. Kisah ini dimuat dalam Kitab Sabilu Taubah. 


Ngaji ini sering dilakukan Nyai Fika setiap ada kegiatan pesantren kilat bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Avicenna Kecamatan Lasem, baik untuk kelas XI maupun XII jurusan farmasi, keperawatan, dan desain komunikasi virtual (DKV). Kajian Ramadhan ini dilakukan setiap hari di mushala depan rumah Nyai Fika, pada pukul 14.00-15.00 WIB.


Pasca ditinggal suaminya, KH Muhammad Luthfi Thomafi 3 tahun silam, Nyai Fika secara langsung turun tangan untuk mengelola serta mengasuh pondok tersebut.


Dalam kitab Sabilu Taubah itu, Nyai Fika menjelaskan rahmat Allah yang sangat luas bagi orang yang bersungguh-sungguh menjauhi kemaksiatan.


Ia lantas mengisahkan seorang pendosa yang telah membunuh 100 nyawa manusia. Diceritakan oleh Abi Sa'id Al-Khudri yang mendengar langsung dari Rasulullah bahwa ada pendosa yang telah membunuh 99 nyawa manusia, kemudian pelaku ingin bertobat. Lalu si pendosa bertanya kepada orang ahli taubat, maka si pembunuh ditunjukkan dengan seseorang laki-laki.


Bertemunya pendosa dengan ahli tobat ternyata tidak membuahkan hasil. Sebab pendosa merasa geram dengan jawaban si ahli tobat yang menyatakan, tidak ada pintu tobat untuk orang yang telah membunuh 99 nyawa manusia. Namun, pendosa ini malah membunuh si ahli tobat yang ditemuinya itu. Lalu kini ia membunuh sebanyak 100 nyawa manusia.


Kemudian pendosa itu diberikan arahan untuk keluar dari desa yang buruk menuju ke desa yang di dalamnya terdapat penduduk yang shaleh. Selama perjalanan menuju ke desa itu, ajal menjemput si pendosa dan akhirnya ia meninggal meninggal saat masih dalam perjalanan.


Singkat cerita, malaikat mencatat amal baik pendosa dengan alasan jarak yang ditempuh pendosa lebih condong menuju ke desa yang baik. Alhasil, seorang pendosa itu diampuni segala dosa-dosanya dan dimasukkan ke surga.


Nyai Fika kemudian mengutip Surat Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."


"Seorang murid itu harus memperhatikan seluruh pelajaran yang sudah dijelaskan. Jika tidak bisa menekuni semua pelajaran sekaligus, maka tekuni pelajaran yang paling penting," jelas Nyai Fika saat menyampaikan kajian Kitab Sabilu Taubah pada Selasa (4/3/2025).


Kepada para murid, Nyai Fika berpesan agar jangan sampai berputus asa karena rahmat Allah sangat luas.


"Jadi, sebagai manusia kita tidak boleh sampai berputus asa karena telah melakukan dosa di luar batas. Sebab, rahmat Allah sangat luas dan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," tuturnya.


Nyai Fika juga menyampaikan, sebagai Muslim hendaklah senantiasa mengingat kematian dan sering-sering bertobat, karena akhir dari kehidupan di dunia masih menjadi rahasia Ilahi.


"Selama hidup, Allah selalu menganjurkan kita untuk senantiasa ingat dan bertobat setiap saat. Karena kita semua tidak tahu akhir dari kehidupan apakah kita mati dalam keadaan baik atau malah sebaliknya. Semoga kita mati dalam keadaan yang baik," ujar Nyai Fika.


Di samping itu, kitab Sabilu Taubah yang merupakan kitab karangan dari Imam Ibnu Asakir, serta penta'liqnya yakni Muhammad Ali Romzi Muzammil dan Ahmad Muzakki Muntharoni memuat beberapa kisah, antara lain cerita tobat seorang maling dari Bani Israil, waktu terkabulnya tobat di waktu matahari terbit hingga menjelang maghrib, kisah tobat pemuda dan pemudi yang sedang jatuh cinta, waktu tobat saat pagi dan sore hari, serta keutamaan dan kemuliaan seorang Muslim ketika mengucapkan istighfar.