Sidoarjo, NU Onlie
Allah SWT tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hamba. Dan ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, senantiasa ada solusi agar bisa keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Hal itu juga berlaku dari diberlakukannya social distancing atau saling menjaga jarak guna mencegah penyebaran virus Corona. Pengajian yang biasanya menghadirkan jamaah dalam jumlah besar, kini sangat dibatasi. Maka solusinya adalah dengan menggelar ngaji secara online atau dalam jaringan (daring).
“Karenanya, pengajian saat ini bisa dilakukan lewat sejumlah aplikasi yang tersedia secara gratis, bahkan menjangkau wilayah yang lebih luas,” kata KH Farmadi Hasyim, Kamis (2/4).
Penegasan tersebut disampaikan kepada media ini usai mengisi pengajian secara online pada Rabu (1/4) malam. Karena saat ada larangan berkumpul dengan banyak jamaah, maka ngaji dalam jaringan ini bisa menjadi solusi.
“Sengaja memilih salah satu alikasi yakni zoom karena dengan berbagai pertimbangan. Yang terpenting adalah dimungkinkannya ada dialog, sehinga jamaah dapat bertanya saat kesempatan tersebut dibuka,” jelas Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tersebut.
Dalam pandangannya, keadaan yang memaksa warga dilarang keluar rumah demi memutus mata rangkai virus Corona, hendaknya tidak mengendorkan semangat dalam berdakwah.
“Tinggal bagaimana mengemas metodenya agar dapat dinikmati kalangan yang lebih luas, apalagi memang pengajian dengan menghadirkan banyak jamaah dilarang,” kata Kiai Farmadi, sapaan akrabnya.
Dalam pandangan Kasi Pemberdayaan KUA dan Keluarga Sakinah Kanwil Kemenag Jatim ini, tantangan zaman saat ini tentu saja berbeda dengan era sebelumnya. Yang dibutuhkan adalah melakukan inovasi agar pesan keagamaan bisa diterima sesuai kondisi kekinian.
“Umat sangat butuh asupan materi agama dari masalah keseharian, hingga masalah lain sebagai pegangan dalam menjalani hidup sehingga terus terpandu sesuai aturan yang disyariatkan,” jelas alumnus Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo tersebut.
Menurutnya, menebar kebaikian termasuk di mdalamnya adalah pengetahuan agama tetap harus dilakukan meski kondisi tidak memungkin.
“Ibarat pepatah, tidak ada rotan maka akar pun jadi. Tak bisa raga ke sana kemari, maka dengan memanfaatkan teknologi informasi dan jaringan media sosial sebagai sarananya, segalanya dapat dilakukan,” tegasnya.
Pada kajian semalam, Kiai Farmadi menjelaskan tentang etika berdoa dari kitab Al-Adabu Fiddin karangan Imam al-Ghazali. Dari ngaji tersebut ada penanya dari Sidoarjo dan Balikpapan, Kalimantan Timur.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR