Sarasehan dan silaturahim yang diselenggarakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Semarang, Jateng (Foto: NU Online/Samsul Huda)
Samsul Huda
Kontributor
Semarang, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) harus tetap berupaya melakukan pembenahan manajemen internal, meski posisinya sudah mendunia setelah berhasil memantapkan posisinya di ditengah-tengah masyarakat Nusantara.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Prof KH Nizar Ali mengatakan, untuk sementara NU Nusantara sudah dianggap sekesai. Karena itu sudah waktunya go internasional dibarengi dengan peningkatan manajerial.
"Sebagai ormas keagamaan terbesar di dunia, NU perlu berkiprah dan berkhidmah dalam tataran global," kata Prof KH. Nizar Ali dalam sarasehan dan silaturahim yang diselenggarakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Semarang kerja sama dengan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Ansor di Pesantren Al-Mas'udiyah, Blater, Bandungan, Kabupaten Semarang, Sabtu (16/10).
Menurutnya, sekarang ini NU sudah berdiri di banyak negara dan perlu dikembangkan lagi agar jaringan dan jangkauannya lebih luas, sehingga khidmah NU tidak berhenti di dalam negeri tapi menembus ke mancanegara.
Berangkat dari pengalamannya sebagai Ketua PWNU DIY, Prof Nizar Ali mengatakan, memimpin NU harus memiliki keberanian sekaligus kemauan keras untuk lebih maju.
"Selain itu, perlu pemikiran visioner dan strategis, sehingga mampu melakukan lompatan spektakuler. Misalnya sekarang ini NU DIY mendirikan perguruan tinggi UNU yang sangat mentereng dan tidak kalah dengan yang lain," terangnya.
Dia menambahkan, UNU Yogya memiliki kekhususan, sehingga diharapkan memiliki keunggulan tersendiri. UNU Yogya akan mencetak calon-calon syuriyah melalui program dirasah dan akan mencetak anak-anak hebat melalui fakultas-fakultas yang ada.
"PWNU Yogya juga akan membangun rumah sakit dan Insyaallah dalam waktu dekat membangun lembaga sosial untuk kalangan lanjut usia dengan nama husnul khatimah. Semua program prestisius itu terlaksana dengan kerja cerdas dan kebersamaan dari banyak pihak," ucapnya.
Prof Nizar yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag) RI mengajak kepada pengurus NU di semua tingkatan untuk memiliki keberanian agar lebih maju. Meski dituntut mandiri, tapi kerja sama dengan pihak lain perlu dilakukan, terlebih dengan pemerintah daerah.
Ketua IKA Ansor Mufid Rahmat mengatakan, berorganisasi perlu dibarengi rasa senang. Memimpin NU dengan rasa senang. Tidak boleh tegang, keras, dan gontok gontokan, karena itu ber NU dibarengi dengan bershalawat dan humor cerdas yang menghibur.
Menurutnya, ber-NU dapat dilakukan dengan senang dan riang, itu merupakan ajakan KH Hasyim Asy'ari sebagaimana disebutkan dalam Qanun Asasi NU. Yaitu, masuklah NU dengan rasa senang, kasih sayang, persatuan, dan sebagainya.
"Mengapa perlu dengan senang, gembira dan kasih sayang?. Karena NU adalah jamiyah yang adil, aman, baik dan memperbaiki. Di dalam NU semuanya senang, bahagia, dan bekerja sama tanpa curiga dan dendam," pungkasnya.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua