Daerah

Pesan Kepala Pesantren Tebuireng untuk Santri Baru: Mantapkan Niat, Patuhi Aturan

Sabtu, 15 Juli 2023 | 16:30 WIB

Pesan Kepala Pesantren Tebuireng untuk Santri Baru: Mantapkan Niat, Patuhi Aturan

Santri baru Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur saat mengikuti Mosba di masjid pesantren setempat. (Foto: IG Tebuireng Online)

Jombang, NU Online 

Sejumlah santri baru Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur telah usai mengikuti Masa Orientasi Santri Baru (Mosba). Masa pengenalan santri ini resmi ditutup pada Jumat (14/7/2023) di Masjid Pesantren Tebuireng. 


Kepala Pondok Pesantren Putra Tebuireng, Ustadz Slamet Habib menyampaikan, santri baru telah menerima buku panduan yang berisi sejumlah aturan yang berlaku di Pesantren Tebuireng. Aturan-aturan itu juga telah diurai oleh pengurus saat santri baru mengikuti Mosba.


Kepada santri baru khususnya, ia menekankan agar buku panduan itu harus terus dipelajari dan kemudian ditaati. Taat kepada aturan-aturan yang telah dibuat pesantren menurutnya bagian dari ikhtiar santri meraih kesuksesan di kemudian hari.


"Karena kalian sudah mengikuti Mosba mulai awal sampai akhir, sudah punya panduan mana yang diperbolehkan mana yang dilarang. Harus kamu patuhi. Santri baru ataupun lama harus taat kepada aturan pondok dan sekolah. Ini salah satu kunci sukses," katanya saat penutupan Mosba.


Santri baru memang masih perlu penyesuaian hidup di pesantren dan jauh dari keluarga. Menurut Ustadz Slamet, sapaan akrabnya, bila sewaktu-waktu merasa kangen terhadap orang tuanya, sampai-sampai air mata pun harus menetes, itu adalah hal yang wajar. Tidak perlu risau.


Pada saat menghadapi situasi demikian, ia meminta kepada santri agar lebih memantapkan niatnya dalam mencari ilmu di pesantren. Bahwa pesantrenlah tempat yang tepat untuk membentuk pribadi-pribadi yang unggul sekaligus membentuk akhlak mulia. Santri harus bisa melewati fase-fase ujian berupa tidak betah, pingin kembali pulang berkumpul bersama keluarga, dan situasi yang lain.


"Kangen kepada orang tua saat mondok itu sudah biasa. Kalian di pondok ini sebenarnya membuang kebodohan. Nangislah di pondok gak apa-apa, susah payah, yang penting hasil," terangnya.


Ustadz Slamet mengingatkan, bahwa orang tua atau wali santri sudah mempercayakan sepenuhnya kepada pengasuh Pesantren Tebuireng terkait pendidikan anak-anaknya selama di pesantren. Kepercayaan itu hendaknya berbanding lurus dengan ketaatan santri akan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan pesantren. 


"Kemarin orang tua sampean itu sudah menyerahkan kepada pengasuh, pengasuh diserahkan kepada semua pengurus. Makanya patuhi pengurus, pengurus itu bagian dari pengasuh, pembina itu bagian dari orang tua," ungkapnya.


Para santri di pesantren tidak perlu merasa sendirian. Mereka dengan sendirinya akan menemukan keluarga barunya setelah mulai bisa beradaptasi dengan teman dan lingkungannya. Apalagi, kata Ustadz Slamet, pembina dan pengurus Pondok Pesantren Tebuireng akan berikhtiar untuk selalu mendampingi dan membimbing para santri.


"Pokoknya kalau sampean ada apa-apa ngomong saja kepada pembina, kepada koordinator, kepada keamanan. Semua pengurus ini saudara sampean semua. Jadi sampean dilindungi, gak usah takut," pintanya.