Tegal, NU Online
Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menggelar manakiban dan doa tahlil kubur dengan cara bergilir dan keliling ke setiap pengurus harian Anak Cabang GP Ansor.
"Acara yang dikemas dalam 'Jamiyah Rutinan Welasan' itu digelar setiap tanggal 11 Jawa setiap bulannya ternyta dapat meningkatkan keakraban antar pengurus, sehingga program-program bisa dijalankan dengan baik," ujar Sekretaris Ansor Faisal Ali.
Dikatakan, lahirnya pengajian rutin welasan merupakan masukan dan saran dari beberapa pengurus yang kemudian disepakati menjadi salah satu program kegiatan Ansor Dukuhwaru.
Selain itu kata dia, lahirnya Jamiyah rutinan Welasan ini tidak lepas dari sebuah keyakinan bahwa untuk menghidupkan Ansor mesti ditempuh melalui dua jalur, yaitu pergerakan lahir dan batin.
"Upaya lahir batin itu menurut saya ada dalam kegiatan Jamiyah ini. Selain mendoakan orang tua kita dan para sepuh. Majelis ini juga menjadi sarana konsolidasi dan meningkatkan soliditas Pengurus Anak Cabang GP Ansor," ujar Faizal di sela kegiatan Welasan, Selasa (4/2) malam di Desa Slaranglor Kecamatan Dukuhwaru.
Dia menjelaskan, dalam rutinan welasan ini diisi dengan pembacaan Manakib Syekh Abdul Qodir Jaelani doa tahlil bersama yang menjadi cerminan dari upaya batiniah. Selanjutnya, usai acara ini Rutinan diisi kegiatan ngobrol Organisasi bareng pengurus yang dinilai sebagai upaya lahiriyah.
"Usai mengaji, kami ngobrol serius tapi santai seputar perkembangan organisasi Ansor dan NU ke depan sambil ngopi-ngopi dan menikmati sajian ala kadarnya," ungkapnya.
Dia melanjutkan, selain itu juga membahas program dan kegiatan organisasi Ansor kedepan atau isu hangat yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat. "Jika ada masalah yang terjadi di masyarakat kami diskusi untuk kemudian mencari solusinya," imbuhnya.
Menurut Ketua Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Dukuhwaru Moh Azami, Majelis Welasan sangat penting, karena akan merekatkan tali silaturrahim dan silatul fikri antar pengurus. Diharapkan akan memberi dampak positif pada jalannya roda organisasi.
"Munculnya istilah organisasi yang wujuduhu ka adamihi (ada seperti tiadanya-red), saya kira bermula dari tidak adanya komunikasi dan koordinasi antar pengurus sehingga roda organisasi jalan di tempat," pungkasnya.
Kontributor: Nurkhasan
Editor: Abdul Muiz