Daerah

Santri Era Milenial Hadirkan Dakwah dengan Model Digital 

Senin, 28 Oktober 2019 | 13:30 WIB

Santri Era Milenial Hadirkan Dakwah dengan Model Digital 

Sejumlah narasumber pada seminar kebangsaan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Hikmah Bangkalan. (Foto: NU Online/panitia)

Bangkalan, NU Online
Hari Santri 2019 menjadi momen paling tepat mengingatkan peran pesantren dan santri sebagai pilar bangsa. Kehadiran santri dan pesantren dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Namun bagaimana santri mengisi kemerdekaan negara Indonesia ini.
 
"Tak perlu diragukan lagi, santri adalah pilar penegak bangsa. Santrilah yang merebut kemerdekaan RI. Dengan semangat gelora fatwa Resolusi Jihad KHM Hasyim Asy’ari santri menjadi satu bergerak menuju Surabaya dan merebut serta mempertahankan negara ini," kata Ustadz Fathul Qodir pada seminar kebangsaan, Ahad (27/10).
 
Dalam forum yang digelar Ikatan Santri dan Alumni Darul Hikmah (Iksandhi) Bangkalan, Jawa Timur ini, Ustadz Fathul Qodir mengatakan waktu itu Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang kini menjadi Tentara Nasional Indonesia belum terbentuk. 
 
“Lantas siapa yang melawan penjajah Belanda? Jawabannya adalah santri,” tegas alumnus pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut. 
 
Kini peran pesantren telah diakui pemerintah dengan lahirnya Hari Santri dan Undang-Undang Pesantren. 
 
"Dengan dua hadiah inilah santri harus terus menjadi pilar bangsa dan mengisinya dengan nilai-nilai positif," ungkapnya.
 
Acara yang digelar di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Hikmah Bangkalan ini, Ustadz Fathul Qodir mengingatkan kalau perjuangan santri zaman dulu dengan melawan penjajah. Sedangkan saat ini lewat media sosial atau Medsos dan informasi teknologi atau IT.
 
"Santri pada era hari ini era milenial harus hadir dengan dakwah digital, dakwah bil medsos dan bil IT," jelasnya.
 
Hal senada disampaikan KH Bustomi Djauhari. Pengasuh Pesantren Darul Hikmah Bangkalan itu mengatakan era ini sudah saatnya santri hadir memberikan dakwah di era digital. Santri jangan diam diri. Santri harus peroaktif terutama di medsos.
 
"Santri yang punya kemampuan bisa membuat bank konten, misalnya hasil keputusan bahtsul masail diupload di websate lalu diolah menjadi konten menarik," pungkas kiai yang juga sebagai Wakil Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Bangkalan ini.
 
 
Pewarta: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi