Mimika, NU Online
Kemerdekaan Indonesia diraih dan dipertahankan oleh segenap rakyat, khususnya para santri dan kiai. Saat itu belum ada TNI atau polisi. Rakyat bawah atau akar rumput adalah asal mula tentara.
Untuk mengingatkan kembali peran penting para akar rumput, khususnya para santri dan kiai, diadakan kegiatan Upacara Akar Rumput. Peserta upacara hari santri dari kalangan akar rumput ini tidak dibatasi.
"Siapapun boleh ikut baik petani, pedagang, tukang ojek, buruh, santri, besar kecil, tua muda. Pakaian bebas sesuai pekerjaan masing-masing. Khususnya Jamaah Istighotsah An-Nahdliyah diharapkan ikut kegiatan ini," kata Ketua Jama'ah Istighotsah An-Nahdliyah Mimika, Sugiarso.
Acara upacara hari santri akar rumput warga NU kultural ini dilakukan pada Selasa (22/10), di Pondok Darussalam Mimika Kampung Mwuare, Mimika Timur, Mimika, Papua.
Persiapan upacara sempat digagas dengan tiang dari bambu.
"Kalau pakai tiang bambu itu terasa nilai perjuangannya. Kita meniru para santri dan kiai melakukan apa yang tersedia untuk kebaikan," kata Slamet besar dan Slamet kecil untuk membedakan dua anggota TNI yang berbeda postur tubuhnya yang sama sama bernama Slamet ini.
Malam hari pada persiapan hadir rombongan Pagar Nusa Mimika dipimpin Ustadz Muhajir, Kang Deni, dan Kang Antok dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Wanagon SP2 dipimpin H Fadlan dan Hj Asmawati.
Hal yang luar biasa adalah semangat IPPNU Wanagon.
"Berhubung rumah dan lokasi upacara akar rumput ini jauh, takut jam 6 pagi belum datang, maka saya ajak menginap di pondok," kata H Fadlan.
"Baru kali ini ada ceritanya peserta upacara nginap di lokasi upacara. Luar biasa," tambah Hj Asmawati tentang semangat santrinya ini.
Pukul 6.00 jamaah ibu dan bapak warga NU dari Kampung Mwuare, Kadun Jaya, Serui Mekar dan Wonosari Jaya sudah berdatangan. IPPNU sempat gladi mengibarkan bendera, dan Muslimat NU sempat gladi lagu Indonesia Raya dan Ya Lal Wathan bersama Mama Agung, vokalis grup Shalawat An-Nur Soponyono.
Upacara akar rumput selain mengibarkan bendera merah putih juga mengibarkan bendera NU diiringi ya Lal Wathan. Naskah Resolusi Jihad juga dibacakan oleh Ketua Pengurus Pesantren Darussalam Mimika, Ustadz Sugiarso yang bertindak sebagai pembina upacara. Doa penutup dibacakan Ustadz Hasyim Asy'ari selaku Pengasuh Pesantren Darussalam Mimika.
"Hari ini adalah pertama dalam sejarah upacara hari santri diperingati di pondok ini dengan peserta para jamaah akar rumput, para NU kultural. Pakaian dan pekerjaan yang beragam yang bineka dan semangat tumbuh dari diri dan jiwa perjuangan sungguh luar biasa,” kata Ustadz Sugiarso.
Dalam pandangannya, santri itu selalu berkarya, mempelopori kegiatan positif. Tidak ada yang tidak mungkin bagi santri karena punya Allah.
“Mari kita kibarkan semangat berjuang dan berkhidmat untuk agama dan bangsa lewat NU sebagaimana para masyayikh NU," terang Wakil Ketua PCNU Mimika ini.
Acara ditutup dengan sarapan pagi dengan menu nasi jagung karya Ibu Hasan dan peyek kacang karya Ibu Iput. Sungguh suasana jaman Resolusi Jihad seakan hadir di pondok ini.
Editor: Ibnu Nawawi