Setelah Insaf, Komandan Aktivis Radikal Ini Ajak Belajar Agama pada Para Ahlinya
Sabtu, 22 Februari 2020 | 00:00 WIB
Mantan aktivis kelompok radikal yang pernah menjadi Komandan Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan. (Foto: NU Online/Faizin)
Muhammad Faizin
Kontributor
Pringsewu, NU Online
Setelah insaf dari dunia hitam dengan bergabung bersama kelompok radikal, mantan aktivis kelompok radikal yang pernah menjadi Komandan Negara Islam Indonesia (NII) Ken Setiawan mengingatkan semua elemen bangsa Indonesia untuk mengkampanyekan pada masyarakat agar mempelajari agama secara paripurna (menyeluruh) kepada para ahlinya.
Ia menekankan pentingnya memilih kiai atau guru yang jelas kemampuan ilmunya dan memiliki akhlak yang baik. Tidak menghujat dan mengeluarkan kata-kata kotor dan selalu menyalahkan amaliah orang lain sekaligus menganggap paham dan amaliahnyalah yang paling benar sendiri.
"Kalau ada orang beragama mengajarkan hujatan, caci makian wajib kita kritisi. Karena teladan nabi kita Muhammad diturunkan ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak," katanya saat hadir pada Focus Group Discussion tentang radikalisme dan terorisme di Kabupaten Pringsewu, Lampung, Kamis (21/2).
Masyarakat juga harus mengenali modus perekrutan gerakan radikal, dan menolak dengan tegas bila mulai diajak ikut kajian yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kajian-kajian eksklusif ini sering menyasar para pelajar dan mahasiswa. Tidak mengenal pintar atau bodoh, banyak mahasiswa yang memiliki otak cerdas namun rapuh dasar ilmu agama, dengan gampang direkrut kelompok ini.
"Saat ini kita sudah terancam dan terkepung dengan paham radikal, penyebaran narkoba, dan kita sudah gampang diadu domba antarsuku, antaragama. Saatnya kita bangkit tumbuhkan nasionalisme. Kita bentengi keluarga dari ancaman-ancaman di sekitar kita," ajaknya.
Ketika belajar tentang masalah agama yang tidak dimengerti, ia mengimbau masyarakat agar berdialog dan bertanya kepada sumber yang benar-benar terpercaya. Masyarakat juga harus senantiasa kritis ketika menemukan pernyataan yang tendensius dalam hal agama.
"Dalam hal agama harus hati-hati dan kritis agar tidak mudah tersugesti oleh paham radikal. Karena inilah pintu awal perekrutan," jelasnya pada acara yang digelar oleh Polda Lampung ini.
Sementara Kasubdit Kamneg Ditintelkam Polda Lampung, AKBP Dafiyudi mengungkapkan bahwa potensi penyebaran paham radikal di Provinsi Lampung cenderung meningkat dalam kurun waktu 4 tahun mulai 2015-2019. Sebesar 15,27 persen disebabkan diantaranya oleh kemajuan teknologi informasi, motivasi berjihad, dan penerapan hukum agama tertentu.
"Peran serta masyarakat dan kehadiran pesantren sangat penting dalam menjaga harkat dan martabat serta keutuhan NKRI," ungkapnya.
Para santri di pesantren diajarkan bagaimana caranya berprilaku baik, bermanfaat bagi sesama manusia dan alam sekitar.
"Ajaran Islam sangat mengutamakan kasih sayang dan mencintai perdamaian, tentu yang diajarkan Islam sangat bertolak belakang dengan paham radikal," katanya.
Kemudian untuk menciptakan Lampung terbebas dari cengkraman radikalisme, semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat harus bersinergi dan membuat langkah terobosan yang mampu menyentuh sendi-sendi kehidupan. Program ini pun harus diimplementasikan secara terus menerus yang ditujukan untuk mematikan radikalisme baik individu maupun kelompok.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua