Sukoharjo, NU Online
Dalam mensikapi keputusan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo tentang Keadaan Luar Biasa (KLB) dalam perkembangan wabah virus Corona serta memperhatikan instruksi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), maka Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sukoharjo mensikapi dengan mengeluarkan berbagai kebijakan.
Hal itu disampaikan Ketua PCNU Sukoharjo, KH Khomsun Nur Arif saat rapat kordinasi PCNU Sukoharjo beserta MWCNU se-Kabupaten Sukoharjo di Kantor PCNU, Senin (23/3) malam.
"Kelompok masyarakat yang masih menyelenggarakan kegiatan mengumpulkan jamaah, maka kegiatan itu akan dilarang dan akan dibubarkan oleh petugas," tegasnya.
Dikatakan KH Khomsun, di antara kebijakan tersebut adalah semua MWCNU agar segera mensosialisasikan dengan ranting-ranting agar menunda kegiatan yang mengumpulkan jamaah sampai pemerintah mengumumkan selesainya masa KLB atau bisa ngaji lewat medsos dulu.
Selain itu, ketika ada jamaah tabligh atau jamaah dari jauh mohon tidak diterima dulu sampai keadaan aman.
"Terkait dengan Ijazah wali kutuban, agar diamalkan di setiap MWC dan Ranting, di tanah lapang, di luar rumah. Pengamalan sangat penting di saat seperti saat ini, tidak pakai alas kaki dan di tanah lapang," jelasnya.
Rais Syuriyah PCNU Sukoharjo KH Abdullah Faishol berpesan di antaranya semua pengurus NU dari cabang sampai anak ranting harus mentaati terhadap instruksi PBNU tentang protokol NU Peduli Covid-19, edaran MUI, dan Kemenag RI melalui Bimas Islam, serta edaran Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.
"Jangan menyepelekan bahkan merasa sok dekat dengan Tuhan, sehingga cukup dengan doa dan berwudhu dianggap persoalan selesai. Ulama-ulama besar di seluruh dunia, seperti Saudi Arabia, Mesir, Iraq, Iran, dan negara-negara Timur Tengah, apa mereka tidak pernah berwudhu dan berdoa? Berdoa di tempat mustajab beliau-beliau yang mulia sudah dilakukan, meski demikian mereka tetap menggunakan prosedur kesehatan yang ketat," tegasnya.
"Berdoa sebagai ikhtiar batiniah, memang sangat penting dan hendaknya dilakukan dilakukan dengan khudhu (berendah diri) dan dengan penuh pengharapan (tadharru). Lari dari takdir buruk menuju takqdir yang lebih baik adalah tindakan cerdas," imbuhnya.
Disampaikan, dalam kondisi seperti sekarang ini, sudah banyak fatwa yang tidak perlu diragukan, shalat di rumah berjamaah adalah lebih baik dari berjamaah di masjid, demikian pula shalat Jumat diganti dengan shalat dhuhur di rumah berjamaah dengan keluarga adalah tindakan waspada dan hati-hati (ihtiyath), karena menghindari kerumunan massa yang potensial tertular dan menularkan.
"Jangan membahayakan diri sendiri dan membuat bahaya orang lain.
Lebih dari itu, setiap kegiatan rutin pengajian, tahlilan, dan yasinan yang biasa dilakukan di masjid dan kampung-kampung untuk sementara ditiadakan diganti di rumah masing-masing bersama keluarga, sampai kondisinya stabil," pesannya.
Rais meminta kepada segenap Pengurus NU, dari cabang sampai anak ranting, demikian pula yang merasa menjadi jamaah NU, agar menjadi contoh dan teladan tentang kepatuhan terhadap pemerintah.
"Jika semakin banyak korban, layanan juga akan kurang optimal, karena fasilitas kurang mencukupi. Tenaga tenaga medis sudah menjadi korban. Berdoa dari mana amalan itu diterima, lakukan dengan rutin," pungkasnya.
Kontributor: Masri Zaini
Editor: Abdul Muiz