Daerah

Survei IPNU Jatim: Mayoritas Pelajar Ingin Metode Belajar Daring Kreatif

Kamis, 16 April 2020 | 07:00 WIB

Survei IPNU Jatim: Mayoritas Pelajar Ingin Metode Belajar Daring Kreatif

Ketua PW IPNU Jawa Timur, Choirul Muntadiin. (Foto: NU Online/Rof Maulana)

Surabaya, NU Online
Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur melalui Student Reseach Center (SRC) telah melakukan survei persepsi pelajar Jawa Timur tentang dampak covid-19 (Corona Virus Diseases 19). Setelah data diperoleh dan diolah, sebanyak 92,29 persen pelajar menginginkan metode belajar daring yang lebih kreatif dan inovatif.
 
“Hal tersebut didukung oleh temuan lain yaitu sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) saat ini dianggap menjenuhkan, membosankan dan membuat stres dengan prosentase 88,75 persen,” kata Choirul Muntadiin, Kamis (16/4). 
 
Ditambahkan oleh Ketua PW IPNU Jatim ini bahwa sebanyak 7,50 persen pelajar menjawab tidak setuju dan 3,75 persen menjawab tidak tahu.
 
Hasil survei, sambungnya, juga menunjukkan 92,29 persen pelajar di Jawa Timur setuju penerapan physical distancing atau menjaga jarak aman dengan orang lain. Kemudian 4,79 persen pelajar tidak setuju, dan 2,92 persen menjawab tidak tahu. 
 
“Angka ini menunjukkan pelajar Jatim memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap wabah Covid-19,” ungkapnya.
 
Direktur SRC Jatim, Ahmad Ainun Najib menambahkan temuan menarik lainnya adalah sebanyak 81,84 persen mengaku lebih senang belajar di sekolah daripada belajar daring, 15 persen menyatakan lebih senang belajar daring, sisanya 3,54 persen menjawab tidak tahu.
 
“Mayoritas pelajar Jawa Timur setuju dengan pernyataan bahwa belajar di sekolah, bertatap muka dengan guru lebih efektif daripada belajar dari rumah, dengan prosentase 95,42 persen,” katanya. Kemudian 3,33 persen tidak setuju, dan 1,25 persen menjawab tidak tahu, lanjut dia.
 
Saat diajukan pertanyaan bagaimana cara guru membimbing dalam proses pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid-19? Pelajar menjawab 66 persen guru hanya memberi tugas, lalu dikumpulkan secara online, 14 persen belajar melalui aplikasi belajar online, 10 persen diskusi melaui grup chatting, 5 persen melaui video call, dan sisanya tidak ada proses pembelajaran maupun tugas.
 
Lebih lanjut, ia menuturkan metode pembelajaran yang ideal di tengah wabah Covid-19 adalah Student Centered Learning (SLC), diskusi online, dan belajar dengan kuis. 
 
“Kemudian media pembelajaran yang ingin digunakan adalah aplikasi belajar online dan video streaming,” ungkapnya.
 
Terkait kinerja Gubernur Jawa Timur dalam menangani penyebaran pandemi Covid-19, diperoleh data bahwa pelajar mengatakan sangat baik sebanyak 35 persen, kurang baik hanya 5 persen, dan cukup baik sebanyak 60 persen. 
 
Secara umum, responden menganggap 44 persen kualitas update informasi tentang Covid-19 yang disediakan oleh pemerintah pusat hingga pemerintah daerah sangat baik. Adapun yang menilai cukup baik sebanyak 49 persen, kurang baik 6 persen, dan tidak baik 1 persen.
 
Diharapkan dari survei  persepsi pelajar Jawa Timur tentang dampak Covid-19 ini bisa menjadi referensi pemerintah dalam menentukan kebijakan terutama di bidang pendidikan. 
 
Stakeholder pendidikan mulai dari kementerian pendidikan, kementerian agama, dinas pendidikan, kepala sekolah hingga para guru dapat memformulasikan metode belajar yang efektif dan kreatif,” tegasnya.
 
Sebagai informasi, survei ini melibatkan 480 Pelajar SLTP dan SLTA, dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Periode pengambilan data dilaksanakan pada 28 Maret hingga 11 April 2020. 
 
SCR menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Tercatat 50 persen responden laki-laki dan 50 persen responden perempuan, dengan responden 480 pelajar SLTP dan SLTA di 38 kabupaten maupun kota di Jawa Timur. Dengan teknik sampling multistage random sampling, margin of error 5 persen.
 
 
Kontributor: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi