Daerah

Teut Leumang, Tradisi Peumulia Jame Masyarakat Aceh Jelang Ramadhan

Senin, 20 Maret 2023 | 19:30 WIB

Teut Leumang, Tradisi Peumulia Jame Masyarakat Aceh Jelang Ramadhan

Membuat leumang harus mempersiapkan beberapa bahan, di antaranya beras ketan, daun pisang, bambu serta santan kelapa. (Foto: Dok. istimewa)

Banda Aceh, NU Online

Selain tradisi Meugang atau sering disebut Mak Meugang, merupakan suatu tradisi di Aceh dalam menyambut bulan suci Ramadhan, juga masyarakat Aceh juga membuat leumang atau yang sering disebut Teut Leumang dan makanan ini untuk disajikan kepada tamu.


"Dalam tradisi masyarakat Aceh, meugang ditandai dengan dua hal, yakni daging dan leumang. Setiap hari meugang tiba, orang Aceh disuguhkan dengan kesibukan di pasar daging. Biasanya, lembu dan kerbau menjadi hewan khusus meugang, meskipun ada juga yang menyembelih ayam atau bebek," ungkap Tgk Asnawi M. Amin Sekertaris PWNU Aceh kepada NU Online, Senin, (20/3/2023).


Saat tiba meugang Ramadhan, menurut Tgk Asnawi tak ketinggalan masyarakat Aceh untuk membuat leumang dari beras ketan (Teut Leumang). Tradisi untuk membuat leumang tersebut sudah turun temurun sejak dahulu. Menurutnya, jika leumang itu tidak ada, maka meugang tersebut terasa tidak lengkap walaupun ada daging.


Alumni Dayah MUDI Samalanga itu mengatakan sesuatu yang khas dan mungkin tidak terdapat di daerah lain di hari meugang adalah lemang. Orang Aceh menyebutnya leumang yakni penganan khas Aceh yang dibuat dari beras ketan, dimasak dalam bambu tipis.


Membuat leumang menurut Tgk. Asnawi harus mempersiapkan beberapa bahan, di antaranya beras ketan, daun pisang, bambu serta santan kelapa. Setelah bahan itu lengkap, selanjutnya leumang dipanggang dengan api, dan dijaga agar tidak hangus.


"Menunggu matangnya leumang yang dipanggang dengan api, membutuhkan waktu hingga dua jam. Untuk melengkapi acara meugang, dia rela berpanas-panasan dekat api," ulasnya.


Sementara itu Tgk. Masrur Tokoh muda Pidie Jaya menyebutkan teut Leumang sebagai tradisi, hingga kini tak ada yang melarang budaya ini. Sebagian besar, mengaku tetap akan meneruskan tradisi nenek moyang mereka.


"Oleh karena itu, makanan lemang menghasilkan wangi yang khas dan rasa yang gurih. Setelah matang dalam bakaran bara api, lemang dipotong kecil-kecil untuk selanjutnya siap di santap dengan selai srikaya. Ada tiga varian olahan rasa lemang yaitu, ketan putih, ketan hitam dan ubi," ujar mantan Ketua Ansor Pidie Jaya itu.


Pria yang yang pernah menjabat Ketua LPPM IAI Al-Aziziyah Samalanga itu mengatakan Leumang bukan hanya populer jelang Ramadhan atau hari Meugang namun selama bulan ramadhan, lemang bisa dijumpai di etiap tepat titik penjualan takjil.


"Makanan Leumang selain menjadi primadona di bulan ramadhan lemang juga dapat dijumpai di warung-warung kopi Aceh dan Teut Leumang sudah berlangsung sejak masa ia kecil," jelas mantan Wakil Sekretaris PW Ansor Aceh itu.


Kontributor: Helmi Abu Bakar

Editor: Fathoni Ahmad