Daerah RAPIMDA LTMNU

Tujuh Aksi Memakmurkan Masjid

Sabtu, 20 April 2013 | 10:07 WIB

Cilegon, NU Online
Ketika kiamat terjadi, tiada payung selain perlindungan Allah. Salah seorang yang mendapat perlindungan itu adalah orang yang hatinya selalu terpaut kepada masjid. Ia selalu memikirkan dan bergerak untuk memakmurkan masjid.
<>
Ketua Umum Pengurus Pusat Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) KH Abdul Manan A. Ghani, mengimbau kepada imam, khotib, dan DKM untuk memakmurkan masjid-masjid NU.  

Ada tujuh aksi untuk memakmurkan masjid, “Itu sesuai dengan apa yang diinginkan orang yang berdoa setelah shalat di masjid,” katanya pada Rapat Pimpina Daerah (Rapimda) di Pondok Pesantren Darul Ihsan Pegantungan Jombang, Kota Cilegon, pada Sabtu, (20/4).

Menurut Kiai Abdul Manan, doa selepas shalat umumnya yaitu ingin salamatan fiddin. LTMNU harus memperkuat akidah ahlu sunah, syariah, dan akhlak jamaah.

Wafiyatan fil jasad, menjadikan masjid sebagai pusat kesehatan. Masjid harus bersih dan sehat. Wjiyadatan fil-ilmi, masjid sebagai pusat kegiatan keilmuan, misalnya dengan mendirikan TPA, pengajian akhlak, tafsir, atau bidang-bidang lain sesuai dengan keinginan jamaah.

Wabarokatan fi rizky, masjid harus menjadi pemberdayaan umat, “Penguatannya melalui zakat, maka harus diaktifkan LAZISNU untuk membangun kewirausahaan umatnya,” katanya.

Wataubatan qobla maut, menjadika masjid sebagai pusat dakwah. Warohmatan qoblal maut, masjid sebagai kegiatan sosial, menolong orang sakit, atau terkena bencana.

Wa maghfirotan ba’dal maut, di masjid juga tempat untuk mendoakan orang, yaitu dengan tahlilan, istighasah, Yasinan, ratiban, berzanjinan, atau laillatul ijtima’.

Senada dengan Kiai Manan, Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F. Mas’udi pada saat membuka Rapimda mengatakan, untuk menyongsong seabad NU, harus bertolak dari masjid, “Dari rumahnya, kita makmurkan masjidnya,” katanya.

Kemudian, sesuai dengan lambang NU yang bola dunia, kita harus memakmurkan bumi-Nya, yaitu bumi Indonesia, “Dari masjid-Nya, kita makmurkan bumi-Nya.”


Penulis: Abdullah Alawi