Daerah

UNU Yogyakarta Resmikan Klinik Konseling untuk Konsultasi Kesehatan Mental

Selasa, 24 Januari 2023 | 19:30 WIB

UNU Yogyakarta Resmikan Klinik Konseling untuk Konsultasi Kesehatan Mental

Rektor UNU Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo menandatangani dokumen pendirian klinik konseling itu di hadapan 40 peserta acara peluncuran di ruang kelas kampus UNU Yogyakarta Lowanu pada Selasa, 24 Januari 2023. (Foto: Dok. UNU Yogyakarta)

Yogyakarta, NU Online

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo menandatangani dokumen pendirian klinik konseling itu di hadapan 40 peserta acara peluncuran di ruang kelas kampus UNU Yogyakarta Lowanu, Selasa (24/1/2023).  

 

“Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya resmikan Klinik K2+,” ucap Widya Priyahita.

 

Ia menambahi, saat ini banyak persoalan mental yang harus direspons secara serius. Sebab hal ini memengaruhi pilihan dan sikap seseorang dalam mengambil keputusan. “Sayangnya, ruang konsultasi ini masih sangat sedikit,” lanjutnya. 


Ia pun mengapresiasi langkah Pusat Studi Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga (Pusdeka) UNU Yogyakarta menginisiasi klinik ini. Menurutnya, hal ini bisa menjadi ruang aman bagi sivitas akademik UNU dan masyarakat pada umumnya.  


Kesehatan mental memang menjadi persoalan serius di tengah masyarakat, termasuk di lingkungan kampus. Ada banyak kasus mahasiswa mengalami depresi yang disebabkan berbagai hal, seperti tugas kuliah hingga asmara.

 

“Pengambilan keputusan yang kurang tepat bisa jadi karena ia sendirian dan tidak ada orang yang diajak berbicara,” ujar Widya.  


Hal senada dituturkan oleh Direktur Pusdeka Rindang Farihah. Ia menjelaskan bahwa tujuan klinik ini memang sebagai tempat bercerita dan menemani masyarakat yang membutuhkan. “Klinik K2+ berkomitmen memberikan layanan seputar pemulihan dan perawatan kesehatan mental keluarga dan anak muda dengan pendekatan psikologis dan spiritual keagamaan,” ujarnya. 


Ia menjelaskan beberapa jenis layanan yang bisa didapatkan seperti konseling keluarga, konsultasi persoalan remaja dan anak, konsultasi hukum, agama, hingga informasi layanan rujukan.

 

Widya menjelaskan, moto you share, we care adalah upaya mendorong  masyarakat untuk berani mengemukakan persoalannya. Klinik K2+ siap menjadi pendengar yang baik bagi siapa saja.


Rindang menyadari bahwa Klinik K2+ masih memiliki keterbatasan sehingga kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi salah satu agenda utama klinik ini.  


Kesehatan jiwa

Rangkaian acara peluncuran diisi dengan talkshow bertema You Share, We Care: Resiliensi Perempuan, Anak Muda, dan Keluarga dalam Membangun Kehidupan Sejahtera bersama Siti Rohmah Nur Hayati, instruktur Bina Keluarga Sakinah Kementerian Agama RI dan Dwina Lilla Pandia, pegiat kesehatan jiwa masyarakat dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM. Nur Hayati menyoroti bagaimana fungsi keluarga dalam menciptakan kondisi kesehatan mental. 


Sementara Lilla menceritakan berbagai temuannya di lapangan. Lilla memaparkan dalam beberapa tahun terakhir YAKKUM mendampingi banyak masyarakat yang memiliki gangguan kesehatan jiwa di Gunungkidul, Sleman, dan Kulonprogo. “Ketika mencari pertolongan, mereka justru mendapat stigma dari masyarakat,” ucapnya. 


Menurutnya, isu kesehatan mental memang masih perlu di sosialisasikan. Apalagi kesadaran pemerintah dalam menciptakan ruang pemeriksaan kesehatan mental masih minim.


“Di Sleman, kesadaran ini sudah cukup baik karena setiap puskesmas menyediakan minimal satu psikolog dan satu psikiater,” sambungnya.

 

Namun di banyak tempat, keberadaan psikolog dan psikiater masih sering diabaikan. Padahal, penanganan sakit mental perlu diprioritaskan seperti sakit fisik. Sebab keduanya memiliki efek yang besar bagi kelangsungan hidup pasien.


Ia menjelaskan bahwa kesehatan mental bisa didorong oleh kelompok pendukung, salah satunya kehadiran orang-orang yang mau mendengar cerita orang tanpa menghakimi.

 

“Saya mengapresiasi hadirnya klinik ini sebagai salah satu upaya kampus menginisiasi ruang-ruang yang masih terbatas itu,” tandasnya.


Editor: Fathoni Ahmad