Majalengka, NU Online
Abdul Mufid, seorang pria asal Majalengka, Jawa Barat sukses mengolah durian menjadi bahan makanan yang memiliki nilai jual tinggi. Usaha olahan durian yang ia rintis sejak 2019 ini bisa mengantongi omzet 8 hingga10 juta per bulan.
Saat dihubungi NU Online, Kamis (21/10/2021), pria yang pernah menempuh pendidikan di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur ini mengaku ide olahan durian muncul dari adanya limbah biji durian yang ada di masyarakat.
“Di daerah saya buah durian termasuk komoditi buah yang dimiliki petani. Jadi kedai durian di sini banyak ditemukan sehingga bijinya jadi limbah bagi masyarakat. Oleh karena itu, saya inisiatif menjadikan produk yang ada nilai jualnya seperti pangsit biji durian,” ungkap Kang Mufid.
Seiring perkembangan usahanya itu, ia mencoba membuat produk lain yang bahannya dari durian seperti; bolu lapis durian, bolen durian dan tambahan olahan keripik dari buah nangka, bengkuang, mangga, dan salak.
Keunggulan produk ini, sambungnya, diolah dari buah yang sehat sesuai dengan rasa buah aslinya serta tidak mengurangi kandungan vitaminnya karena pengolahannya hanya dikeringkan saja dengan menggunakan mesin Vacuum Friying atau teknik penggorengan hampa udara.
Dikatakan, pemasaran produk olahan durian ini menggunakan dua cara. Pertama, menjangkau tempat wisata dan toko oleh-oleh. Kedua, melalui online.
“Kalau pangsit dan aneka macam keripik saya titipkan ke berbagai tempat wisata dan toko oleh-oleh di Majalengka, Kuningan, dan Cirebon. Sementara itu, untuk online melalui aplikasi shopee, tokopedia, instagram dan facebook username @oleh_olehmajalengka,” paparnya.
Usaha yang dijalaninnya selama dua tahun ini mengalami kendala dalam pemasaran produk. Penyebabnya, jarak tempuh dari satu toko ke toko lainnya jauh serta minimnya SDM. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berinovasi. “Ke depan kami mulai membuka reseller tiap daerah untuk memudahkan distributor produk ini,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk memasarkan produknya ia dibantu oleh para pengurus dari Pondok Pesantren Sabilul Mardiyyah, Sindangwangi, Majalengka. “Usaha pengolahan ini di bawah naungan badan usaha milik pesantren sehingga saya merekrut beberapa pengurus pesantren untuk membantu sama-sama memajukan usaha ini,” jelasnya.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syamsul Arifin