Humor

Humor Gus Dur: Jago Tua

Senin, 7 Desember 2020 | 06:00 WIB

Humor Gus Dur: Jago Tua

KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. (Foto: NU Online)

Menjelang Muktamar ke-29 NU tahun 1994 di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Gus Dur menunjuk KH Munasir Mojokerto sebagai ketua panitia. Strategi Gus Dur tentu saja untuk menghadapi politik Soeharto yang hendak mencampuri demokrasi di tubuh NU dalam pemilihan ketua umum.


Saat Gus Dur sowan ke kediamannya, awalnya Kiai Munasir berpikir Gus Dur akan menjadikan dirinya sebagai bagian dari penasihat. Tetapi ternyata Gus Dur menjadikannya ketua panitia muktamar. Ia pun ragu karena kondisinya yang sudah cukup sepuh, sama seperti Soeharto.


Tapi sebagai bekas seorang panglima, Kiai Munasir tahu maksud Gus Dur. Sebagai seorang prajurit, ia tahu bahwa ini perintah yang harus dijalankan. Kala itu, Soeharto berusaha menghalangi Gus Dur untuk maju.

 


Hingga pada pembukaan saat Soeharto pidato, Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU oleh protokoler tidak diberi tempat duduk di kursi kehormatan para tamu. Akhirnya Gus Dur duduk di belakang bersama Muktamirin, sementara pimpinan NU yang lain bersama undangan di depan.


Saat memberikan sambutan, Kiai Munasir yang juga sebagai Ketua Legiun Veteran atau seniornya Soeharto mengatakan dengan lantang:


“Mohon maaf para hadirin semuanya kalau pelayanan muktamar ini banyak kekurangan. Soalnya ketua muktamar ini sudah sangat tua, sehingga tidak bisa memberikan yang terbaik untuk para Muktamirin dan undangan sekalian,” ucap Kiai Munasir.

 


Kiai Munasir melanjutkan: “Karena itu, janganlah memiliki ketua orang yang sudah tua renta seperti sekarang, banyak generasi muda yang lebih enerjik, lebih kreatif yang tahu aspirasi Muktamirin, tidak seperti saya yang tidak bisa berbuat apa-apa.”


Seketika seluruh Muktamirin bersorak. Karena mereka paham, kepada siapa sindiran tersebut dialamatkan. Gus Dur hanya mengangguk-angguk karena jago tuanya telah mengkritik Soeharto. (Fathoni)

 


Sumber: buku “Fragmen Sejarah NU” (Abdul Mun’im DZ, 2017)