Hamzah Sahal
Kolomnis
Sebelum dirajai JNE, TIKI, dan lain-lain, dunia jasa pengiriman āswastaā sempat didominasi oleh jasa pengiriman yang namanya memper dengan surat al-Fatihah, yaitu āEltehaā. Biasalah, orang kita, termasuk orang-orang pesantren, hobinya memleset-mleset-kan atau mememper-memper-kan sebuah kata dengan kata lain yang pelafalannya mirip.
Nah, era tahun 1980-an adalah era umat Islam Indonesia masih ramai khilafiyah atau perbedaan yang terkait urusan ākomplementerā dalam tradisi Islam. Tetapi sering menjadi materi adu pendapat di tengah-tengah masyarakat kita. Salah satunya adalah bab mengirimkanĀ hadiah surat al-Fatihah kepada orang yang sudah meninggal: hadiah tersebut diterima atau tidak oleh orang yang sudah meninggal?
Kalangan Muhammadiyah bersikukuh kiriman tidak sampai, karena tidak ada dalil yang mendukungnya. Sementara, orang NU percaya betul kiriman hadiah surat al-Fatihah (dan lain-lain) akan sampai ke tujuannya, karena ada ulama terdahulu mengatakan seperti itu.
Ini urusan komplementer dalam Islam, tetapi dalam tradisi orang NU, urusan kirim hadiah ke si mayit itu urusan besar, selain soal doa, tetapi juga menyangkut ritual-ritual agama yang mengakar, seperti tahlilan, kenduren hingga peringatan haul!
Itu perbedaan pendapat tajam dan seru sehingga Gus Dur merasa perlu menulis khusus tentang kirim hadiah Fatihah ini. Gus Dur menulis dengan hati-hati, tetapi tampak bernada santai, bahkan merelatifisir 2 pendapat yang saling bertentangan tersebut.Ā
Nada santai atau humor cukup terlihat dari tulisan Gus Dur dengan memlesetkan surat al-Fatihah dengan Elteha Akhirat. Dengan menulis begitu, Gus Dur ingin mengajak masyarakat agar menanggapi perbedaan hukum kirim hadiah Fatihah itu dengan santai, dengan kepala dingin.
āYang dari Muhammadiyah tidak melihat ādalil yang dapat dipegangiā dan Al-Qurāan maupun hadis Nabi Muhammad untuk menunjang kemungkinan kiriman via āElteha akhiratā sampai ke tujuan di āalam sanaā. Yang NU memegangi pendapat para ulama mazhab yang empat, yang menerima kemungkinan seperti itu,ā tulis Gus Dur dalam esainya yang berjudul "Tokoh Kiai Syukri" (terbit pertama di majalah Tempo, 1980, lalu menjadi salah satu esai dalam buku Kiai Nyentrik Membela Pemerintah, LKiS, 1999).
Baca Juga
Humor Gus Dur: Menelepon Menteri Agama
Kiai Syukri inilah yang menjadi sandaran Gus Dur berpendapat. Gus Dur merasa perlu meminjam pendapat Kiai Syukri ini, agar kuat, ada temannya, didengar pihak-pihak yang āberseteruā.
Ya, kiai bernama lengkap Syukri Ghazali (1906-1984) ini dari NU tetapi juga dekat dengan kalangan Muhammadiyah, selain sebagai ketua umum MUI tahun 1981-1984.
āBagaimana (pendapat) Kiai Syukri?ā Gus Dur bertanya dalam tulisannya. Lalu dia menceritakan suasana forum dan menuliskan jawaban Kiai Syukri:
Semua mata memandang penuh harap kepada kiai metropolitan yang menjadi godfather-nya sekelompok āmafia intelektualā dari sebuah daerah di selatan Jawa Tengah ini. Ternyata, tidak meleset harapan mereka. Kata Kiai: āHadiah Fatihah tidak sampai ke alamatnya, menurut Imam Syafiāi. Ia sampai menurut ketiga imam mazhab yang lainnya. Kita ikuti suara mayoritas sajalah.ā
Semua lega. Yang dari Muhammadiyah merasa aman karena pendapat mereka juga sejalan dengan pendapat imam pendiri mazhab yang paling banyak diikuti di Indonesia. Yang dari NU lega, karena masih bisa mengirimkan āhadiah ulang tahun (kematian)ā yang mereka warisi dari para kiai zaman dahulu. Sudah tentu kirimannya tidak segera sampai, secepat pos kilat khusus, karena tidak didukung oleh Imam Syafiāi, tetapi mereka toh sudah terbiasa dengan pola āalon-alon asal kelakonā?
Demikianlah tentang al-Fatihah atau Eltehah Akhirat..
Hamzah Sahal, menulis fragmen-fragmen pesantren, menulis dua buku humor: Humor Ngaji Kaum Santri (2004) dan Ulama Bercanda Santri Tertawa (2020). Kini sedang menyiapkan buku humor ketiganya
Ā Ā
Terpopuler
1
Gus Yahya Ajak Seluruh Pengurus NU Siapkan Muktamar Ke-35 sebagai Jalan Terhormat dan Konstitusional
2
Pertemuan Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah di Lirboyo Putuskan Muktamar Ke-35 NU Bakal Digelar Secepatnya
3
KH Miftachul Akhyar Undang Rapat Konsultasi Syuriyah dengan Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPUĀ
5
KH Miftachul Akhyar Sampaikan Permohonan Maaf terkait Persoalan di PBNU
6
Khutbah Jumat: Rajab, Shalat, dan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua