Internasional

Corak Keislaman dan Makanan Khas Tunisia, hingga Aktivitas Mahasiswa Indonesia Selama Ramadhan

Ahad, 9 Maret 2025 | 17:00 WIB

Corak Keislaman dan Makanan Khas Tunisia, hingga Aktivitas Mahasiswa Indonesia Selama Ramadhan

Gambar ini hanya untuk ilustrasi berita. Momen saat PCINU Tunisia menggelar kajian pada Februari lalu. (Foto: situsweb PCINU Tunisia)

Jakarta, NU Online

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia Muhammad Yusril Muna menyampaikan bahwa Tunisia memiliki corak keislaman yang berbeda di Indonesia, salah satunya takjil atau makanan dan minuman untuk berbuka puasa.


“Sisi unik Ramadhan di Tunisia, takjil yang di jual di pasar buka sekitar pukul empat atau lima, menjual makanan, manisan akan tetapi tidak seramai yang ada di Indonesia,” ujar Yusril dalam acara Dialog Interaktif #4 yang disiarkan secara langsung melalui Instagram NU Online, pada Sabtu (9/3/2025) malam.


“Kalau di Indonesia ramai dan banyak macamnya, kalau di sini tidak ada. Kalau di Tunisia soal takjil itu kalah jauh variannya dengan di Indonesia,” tambahnya.


Yusril mengatakan bahwa Tunisia memiliki makanan khas yang hanya dijumpai saat Ramadhan yaitu makhrak berbentuk tongkat, berwarna cokelat dan disiram madu.


“Ada beberapa makanan yang khas keluar hanya selama bulan Ramadhan, ada makhrak seperti  manisan cokelat pastinya dibuat dari tepung digoreng dan dikasih madu, itu hanya keluar di bulan Ramadhan saja,” katanya.


Ia menyampaikan bahwa di Tunisia jumlah rakaat shalat tarawih berjumlah 23 rakaat dan yang dibaca 1,5 juz Al-Qur'an.


“Di sini tarawihnya tidak jauh berbeda dengan Indonesia, kalau di Masjid Al-Zaytuna itu masjid tertua, juga imamnya membaca Al-Qur'an 1,5 juz itu 20 rakaat tarawih dan 3 witir,” katanya.


 “Masjid di Tunisia tidak ada yang membawa surat-surat pendek, semuanya membaca Al-Qur'an, dan itu khatam selama Ramadhan,” lanjutnya.


Aktivitas mahasiswa Indonesia

Yusril menyampaikan bahwa mahasiswa Indonesia selama Ramadhan di Tunisia aktif mengadakan kajian yang dilaksanakan menjelang berbuka puasa.


“Selama bulan Ramadhan di PCINU Tunisia sangat aktif mengadakan kajian, kita mengaji pemikiran Syekh Muhammad Thahir bin Asyur, saat ini juga Komunitas Asyurian di bawah PCINU Tunisia mengkaji Maqashid Syariah,” katanya.


“Semua agenda ngabuburit kita yaitu kajian terus di sore hari, ada mengkaji pemikirannya Ustadz Abdul Jabar Rifai yang bukunya berjudul Annisa al-Insaniyah, itu kita mempraktikkan apa yang kita pelajari selama di kampus,” lanjutnya.


Yusril juga menyampaikan bahwa Duta Besar RI di Tunisia yakni Zuhairi Misrawi atau yang akrab disapa Gus Mis, aktif mengajak mahasiswa Indonesia mengadakan kajian menjelang buka puasa di kediamannya setiap hari, pada Selasa sore.


“Ada sore hari kajian bersama Duta Besar (Dubes) Gus Mis yang juga Mustasyar PCINU Tunisia, setiap hari Selasa ngaji bersama Kitab Ibnu Khaldun, dan dilanjut ada buka puasa bareng semuanya,” kata Yusril.


Selain kajian bersama Gus Mis, ia mengatakan bahwa PCINU Tunisia juga mengadakan kajian setiap Kamis bersama Ustadz Sholehudin Alistawi.


“Kita warga nahdliyin buka puasa bersama, hari kamis kita ada kajian bersama Ustad Sholehudin Alistawi itu syekh lokal di sini,” ucapnya.


Ia mengatakan bahwa saat ini jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Tunisia berjumlah 350 orang dan mayoritas belajar di Universitas Zaitunah.


“Mahasiswa di Tunisia mayoritas belajar di Universitas Zaitunah, universitas tertua di penjuru negara Islam dan ada juga yang menyebar belajar di kampus umum seperti Universitas 9 Avril, Universitas Manouba, Universitas Kairouan. Mereka pelajari ada filsafat, geopolitik, sastra Arab,” katanya.