Kisah Achmad Gazali, Santri Madura yang Berkarier di Lembaga Pertanian dan Pangan Terkemuka Jepang
Rabu, 18 Oktober 2023 | 11:30 WIB
Jakarta, NU Online
Prestasi membangakan berhasil diraih oleh Achmad Gazali, seorang santri asal Pamekasan, Madura. Ia kini telah meraih kesempatan emas untuk berkarier di National Agriculture and Food Research Organisation (NARO), sebuah lembaga penelitian terkemuka yang dimiliki oleh pemerintah Jepang di bidang pengembangan pertanian dan pangan.
Gazali memulai perjalanan kariernya di NARO pada tanggal 3 Oktober 2023 lalu. Lembaga riset yang terkenal dengan reputasinya dalam inovasi pertanian dan pangan ini memberinya peluang untuk bergabung dalam bagian penelitian pemanfaatan fungsi hayati, khususnya dalam bidang teknologi pemanfaatan serangga.
“Alhamdulillah saya diterima bekerja di NARO (National Agriculture and Food Research Organisation) dan mulai bekerja tanggal 3 Oktober kemarin, NARO Merupakan lembaga riset terbesar milik pemerintah Jepang di bidang pengembangan pertanian dan pangan,” katanya kepada NU Online, Rabu (18/10/2023).
Penelitian yang dijalani oleh Gazali berfokus pada pemanfaatan endosimbion sebagai alat pengendalian serangga. Ia menerapkan berbagai teknik mutakhir seperti Next Generation Sequencing analysis, RT-PCR, FISH, dan metode-metode lainnya untuk mengembangkan pengetahuan di bidang ini.
Perjalanan Gazali ke NARO dimulai dari upayanya ketika ia mencari peruntungan untuk berkarier di bidang penelitian. “Menanyakan ke sensei apakah ada peluang menjadi peneliti. Salah satu kolaborator adalah sensei di NARO. atas rekomendasi sensei tersebut lah, alhamdulillah bisa bekerja di NARO,” tutur dia.
Saat ditanyai mengenai pencapaiannya, Gazali mengungkapkan perasaannya yang sangat bersyukur karena bisa menjadi bagian dari salah satu lembaga penelitian terbaik milik pemerintah Jepang. Meskipun ia belum menjadi pegawai tetap, ia tetap berkomitmen untuk terus berkarya dan mengabdi, dengan harapan bahwa suatu hari nanti ia dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kemajuan Indonesia.
“Walaupun bukan pegawai tetap, karena memang keinginan saya ke depan bisa pulang dan bekerja dan mengabdi di Indonesia,” papar doktor jebolan The United Graduate School of Agricultural Science (UGSAS) Gifu University, Jepang itu.
Tak patah arang di tengah keterbatasan
Apa yang diraihnya kini merupakan buah hasil kerja keras yang ia lakukan sedari kecil. Gazali yang berasal dari keluarga sederhana di desa kecil tak pernah patah semangat untuk menuntut ilmu. Semasa kecil, saban hari bahkan harus melakukan kerja ringan untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Setiap Subuh mengumpulkan buah asam yang jatuh untuk dijual ke pasar dan membeli kebutuhan. Ketika SMP, harus berjalan berkilo-kilo, melewati gunung untuk dapat bersekolah,” kisahnya.
“Tapi karena kemauan untuk menuntut ilmu umum, selain mondok, akhirnya berangkat ke kota untuk mengikuti seleksi beasiswa masuk prodi S1 biologi UIN Malang, mencari beasiswa untuk S2 di UGM, dan setelah menikah pun, kami (ia dan sang istri) saling mendorong untuk tidak berhenti belajar S3 ke luar negeri,” kata dia.
Gazali juga berharap bahwa pencapaiannya ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi para santri. Ia meyakini bahwa santri memiliki potensi besar, yang didukung oleh kecerdasan spiritual yang unik. Dengan kecerdasan tersebut, santri dapat berperan aktif dalam menciptakan masyarakat yang unggul dan berperadaban.
“Santri juga memiliki potensi yang besar, santri memiliki kekuatan tambahan, yaitu kecerdasan spiritual. Dengan kecerdasan ini, santri bisa mengimbangi perilaku hidup menuju manusia unggul,” terangnya.
Khidmat di NU
Menjalani tugas sebagai peneliti di NARO tidak menghalanginya untuk tetap berkhidmat pada Nahdlatul Ulama. Ia berperan aktif dalam mengurus Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Jepang. Gazali terpilih sebagai Ketua PCINU Jepang selama dua periode berturut-turut, yakni 2021-2023 dan 2023-2025
Ia menyadari pentingnya perkhidmatan sosial dan budaya di antara masyarakat Indonesia yang tinggal di Jepang. Ia menjalani tugas tersebut dengan penuh dedikasi, bahkan di sela-sela waktu kerjanya, pada malam hari dan saat hari libur, terutama di akhir pekan.
“Mengurus PCINU, sebagai bentuk perkhidmatan, biasa dilakukan di sela-sela pekerjaan, malam hari ataupun saat hari libur, umumnya Sabtu dan Ahad,” ujar dia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua