Internasional

Mengenal Lebih Dekat Kajian 'Tarbiyah Rabu' di Australia

Kamis, 24 September 2020 | 08:00 WIB

Mengenal Lebih Dekat Kajian 'Tarbiyah Rabu' di Australia

Kelompok pengajian ini didirikan sekitar 20 tahun yang lalu oleh Sepriati, istri seorang mahasiswa Indonesia di Australia Barat. Sebagian pengurusnya adalah kader NU atau Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia. Pesertanya dikhususkan untuk kalangan Muslimah, terutama yang tinggal di Perth, Australia Barat.

Perth, NU Online
Upaya menebar ajaran Islam yang ramah dan menjunjung toleransi terus dilakukan oleh kalangan Islam moderat di Australia Barat. Salah satunya melalui pengajian “Tarbiyah Rabu”. Kelompok pengajian ini didirikan sekitar 20 tahun yang lalu oleh Sepriati, istri seorang mahasiswa Indonesia di Australia Barat. Sebagian pengurusnya adalah kader NU atau Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia. Pesertanya dikhususkan untuk kalangan Muslimah, terutama yang tinggal di Perth, Australia Barat.


Tuan rumah Tarbiyah Rabu berpindah-pindah  dari satu rumah (anggota)  ke rumah yang lain dengan materi yang juga beragam. Di antaranya adalah kajian fiqih, tafsir, hadits, dan tauhid dengan menghadirkan kiai dan tokoh-tokoh yang kapabel di bidangnya sebagai pemateri.


Tarbiyah Rabu yang diselenggarakan Rabu (23/9) di  wilayah Burswoord Playground Park, Perth, Australia Barat digelar di sebuah taman yang cukup asri. Menurut Pensehat Tarbiyah Rabu, Dewi Winarto, lokasi pengajian memang sengaja memilih tempat terbuka karena temanya terkait dengan alam sekaligus hiburan untuk anak-anak yang sedang mengakhiri musim belajar guna masuk liburan dua pekan.  


“Pengajian ini tidak menyasar pembahasan terkait politik dan kebencian atas perbedaan pemahaman keislaman, namun lebih pada meningkatkan kebersamaan,” ujar Dewi di Perth, Rabu (23/9).


Dalam pengajian tersebut, panitia menghadirkan, Hj Leni Wahyudi Pramudya sebagai penceramah dengan mengusung tema “tadabbur alam”. Dalam paparannya, ia mengajak peserta pengajian untuk merenungkan kehadiran Allah SWT melalui alam semesta, yaitu bertafakkur dan bertadabbur. Katanya, keberadaan alam semesta ini adalah bukti adanya Tuhan. Sebab, tidak mungkin ‘barang’ muncul sendiri tanpa ada yang membuat. Begitu juga, alam yang maha luas ini, tentu tidak serta-merta ada dengan sendirinya, tapi pasti ada yang menciptakan.


“Itu logika yang berkata seperti itu. Barang-barang yang kecil saja, ada yang menciptakan, apalagi alam seluas ini,” ujarnya.


Menurutnya, tafakkur adalah berpikir tentang sesuatu (alam). Sedangkan tadabbur adalah mencermati tentang sesuatu dengan melihat akhirnya. Inti keduanya sama, yakni proses berpikir dan merenung untuk melihat kebesaran Allah.


“Proses mentafakkuri alam akan membuat manusia bersyukur akan kebesaran Allah SWT,” tambahnya.


Dewi lalu menyitir Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 190-191 yang berbunyi: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."


Menurut Dewi, ayat tersebut sesungguhnya adalah pemberitahuan tentang kebesaran Allah sekaligus ajakan untuk berpikir dan merenung tentang ciptaan Allah.


“Salah satunya, kenapa bisa terjadi pergantian siang dan malam, dan siapa operatornya, kok bisa. Ini saja kalau kita pikir sudah tak mampu, akal harus tunduk kepada Allah,”  ucapnya.


Sementara itu, pegiat NU dan tokoh muda perdamaian Indonesia yang sedang melakukan riset di Perth, Ridwan al-Makassary, memberikan apresiasi kepada Tarbiyah Rabu. Menurutnya, kelompok pengajian tersebut menunjukkan sebuah bentuk dialog performatif dan kehidupan yang bermanfaat untuk menjaga harmoni komunal antara sesama Muslim, sekaligus menunjukkan kepada non Muslim bahwa Islam adalah agama yang cinta damai.


“Saya kira pesan-pesan dari Tarbiyah Rabu jelas, bahwa Islam agama yang cinta perdamaian,” ungkapnya.


Acara pengajian  diakhiri dengan makan bersama. Saat panitia dan peserta menikmati hidangan, dua polisi Australia yang tengah berpatroli diajak makan siang bersama dan bersilaturahmi. Kedua polisi yang menolak disebutkan namanya itu, sangat mengapresiasi keramahan dan kebersamaan yang diajarkan Islam.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin