PBNU Apresiasi Tingginya Toleransi Umat Beragama di Kamboja dalam KTT Islam-Buddha
Sabtu, 1 Maret 2025 | 22:00 WIB

Wasekjen PBNU H Ahmad Ginanjar Sya'ban saat berpidato mewakili Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf pada KTT Islam-Budha di Phnom Penh, Kamboja, Kamis (27/2/2025). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube).
Afrilia Tristara
Kontributor
Phnom Penh, NU Online Â
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengapresiasi budaya toleransi dan harmoni antarumat beragama yang telah lama terjalin di Kamboja. Apresiasi ini disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam-Buddha yang digelar di Sokha Hotel Phnom Penh, Kamboja, Kamis (27/2/2025). Konferensi ini merupakan inisiatif pertama yang diselenggarakan oleh Liga Muslim Dunia (MWL) bersama Kerajaan Kamboja. Â
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Ginanjar Sya'ban hadir mewakili Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam konferensi bertema "Dialog Peradaban dalam Melayani Kemanusiaan" tersebut. Dalam pidatonya, Ginanjar menyoroti keberhasilan Kamboja dalam menciptakan harmoni nasional dan menjadi contoh bagi dunia dalam membangun toleransi antarumat beragama. Â
Ginanjar menyebut Kamboja telah menjadi teladan dalam mewujudkan persaudaraan manusia, harmoni nasional, dan perdamaian. "Kami senang bisa berada di antara para pemimpin agama dan global, berkumpul di sini di tanah Kamboja, yang telah menjadi contoh dalam mewujudkan persaudaraan manusia, harmoni nasional, dan perdamaian," ucapnya. Â
Pengajar Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) itu menjelaskan pandangan Nahdlatul Ulama yang sejalan dengan apa yang diperlihatkan Kamboja terkait persaudaraan manusia.
"Nahdlatul Ulama memandang nilai-nilai mulia ini sebagai jalan untuk memperkuat keamanan, stabilitas, dan koeksistensi damai di antara semua masyarakat manusia, terlepas dari agama, kebangsaan, atau latar belakang budaya mereka," ujar Ginanjar. Â
Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu menambahkan bahwa kerja sama antaragama dan antarbudaya harus terus ditingkatkan untuk menciptakan perdamaian global.
Menurutnya, Kamboja menjadi salah satu negara yang berhasil membuktikan bahwa toleransi dan dialog antaragama bukan hanya mungkin, tetapi juga dapat menjadi fondasi kuat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.Â
"Kehidupan umat manusia saat ini sangat membutuhkan nilai-nilai toleransi, dialog, perdamaian, dan cinta. Kamboja telah menunjukkan bahwa nilai-nilai ini bukan hanya idealisme, tetapi dapat diwujudkan dalam praktik," ungkapnya. Â
Kamboja memiliki warisan sejarah yang kaya dalam hal toleransi dan dialog antaragama. Ia menyebut masa kejayaan Kerajaan Khmer sebagai contoh nyata bagaimana nilai-nilai toleransi dapat menjadi pondasi peradaban yang agung.Â
"Kamboja, bersama dengan negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, memiliki sejarah panjang dalam membangun peradaban yang menghargai keragaman agama dan budaya," ujarnya. Â
Ia juga menyinggung tentang masa Kaisar Agung Ashoka pada abad ketiga sebelum Masehi, yang menerapkan kebijakan toleransi dan penghormatan terhadap semua agama.Â
"Hari ini, kita dapat mengadopsi strategi regional yang disebut 'Pendekatan Ashoka' untuk menghidupkan kembali warisan spiritual, budaya, sosial, dan politik toleransi," paparnya. Â
Ia juga mengapresiasi upaya Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia beserta seluruh pihak terkait, dalam membangun jembatan dialog dan menciptakan harmoni antarumat beragama.Â
"Kami merasa sangat berterima kasih dan menghargai undangan yang tulus ini dari Yang Mulia Raja Norodom Sihamoni, Raja Kerajaan Kamboja; Yang Terhormat Samdech Hun Manet, Perdana Menteri Kamboja; dan Yang Mulia Syaikh Dr Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia dan Ketua Majelis Ulama Muslim, untuk menghadiri inisiatif mulia ini," ujar Ginanjar.
"Kami sangat menghargai upaya tulusnya dalam menyebarkan cinta dan mewujudkan perdamaian serta persaudaraan di antara umat manusia di seluruh dunia," imbuhnya. Â
Ia berharap konferensi ini dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat dialog antaragama dan membangun perdamaian global. "Kami berdoa kepada Allah SWT agar konferensi ini sukses dan mencapai tujuannya dalam menegakkan perdamaian, koeksistensi, dan nilai-nilai dialog serta toleransi untuk melayani umat manusia," pungkasnya. Â
Terpopuler
1
Berikut Lafal Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh
2
Lembaga Falakiyah PBNU dan BMKG Rilis Data Hilal, Kapan 1 Ramadhan 1446 H?
3
Khutbah Jumat: Menyambut Ramadhan dengan Hati yang Riang
4
Sebab Perubahan Kriteria Imkanur Rukyah Jadi 3 Derajat Tinggi Hilal dan 6,4 Elongasi
5
Aceh Jadi Penentu Awal Ramadhan, Hilal Berpotensi Terlihat di Sabang dan Lhoknga
6
Alasan LFNU Jakarta Laksanakan Rukyat Meski Hilal Belum Penuhi Kriteria Imkanur Rukyah
Terkini
Lihat Semua