Pengajian Kaifa New South Wales, Australia Diakhiri Hidangan Nasi Liwet Beralas Daun Pisang
Kamis, 6 Maret 2025 | 02:10 WIB
Muhyidin Basroni
Kolomnis
Ada pemandangan unik pada siang hari akhir pekan yang lalu, akhir Februari 2025, di Yagoona Community Centre, New South Wales (NSW), Australia. Sekumpulan jamaah pengajian sedang duduk lesehan di atas tikar, terbagi menjadi dua kelompok putra dan putri. Masing masing kelompok duduk memanjang berhadap-hadapan, di tengahnya terdapat daun pisang, disusun memanjang pula, masih utuh dengan pelepahnya. Di atasnya, ada nasi liwet dengan beragam lauk-pauk khas Nusantara.
Mereka adalah jamaah Forum Kaifa, atau lebih terkenal sebagai Pengajian Kaifa, yang bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama (NU) NSW, baru saja menyelesaikan satu kegiatan pengajian rutinan. Pengajian kali ini menjadi spesial karena dalam nuansa menyambut datangnya Ramadan. Sebab momennya spesial, maka hidangan yang biasanya disajikan secara prasmanan, kali ini pun konsep penyajiannya diubah menjadi berbeda.
Sudah sejak beberapa hari sebelumnya, Ustadz Cep Ubad Abdullah selaku koordinator Pengajian Kaifa telah menyampaikan undangan acara kali ini di dalam grup Whatsapp pengajian. Mahasiswa program PhD University of Sydney ini, telah menyampaikan bahwa pengajian kali ini sekaligus menjadi kegiatan tarhib Ramadan dengan vibes Nusantara. Menurutnya, kegiatan pengajian ini semacam tradisi ‘munggahan’ yang ada di daerah asalnya Jawa Barat.
Ustadz Ubad, begitu panggilan akrabnya, juga menambahkan jika pengajian kali ini diadakan di tempat baru yang lebih representatif dari biasanya. Menurut pengamatan saya, lokasi di Yagoona ini memang lebih nyaman dibanding di tempat biasanya di Padstow. Di sini, ruangannya saya rasakan lebih luas dan bangunannya lebih modern. Di luar gedung juga terdapat play ground dengan beragam wahana permainan dan lapangan besar sehingga nyaman untuk anak-anak. Arena ini memiliki parkiran mobil yang luas dan yang paling penting lagi, sangat dekat dengan Stasiun Yagoona.
Acara siang itu dimulai di waktu masuk dzuhur, dibuka dengan sholat berjamaah. Setelah selesai shalat, jamaah duduk bersiap memulai pengajian sembari mengedarkan beraneka minuman dan camilan. Acara dilanjutkan dengan rangkaian Surah Al Fatihah, pembacaan Surah Yasin dan tahlil, pembacaan mawlid bersama mahallul qiyam dengan iringan rebana, kemudian taushiyah tarhib Ramadan serta doa. Setelah rangkaian acara tersebut, agenda berikutnya adalah makan bersama dengan menu utama nasi liwet.
Selain nasi liwet, ada banyak jenis menu, lauk-pauk, camilan maupun minuman, mulai dari sate ayam, semur jengkol, tahu isi, air kelapa dan masih banyak lagi. Makanan non Nusantara juga tidak kalah beragam, di antaranya terdapat pasta, pizza, minuman soda dan seterusnya. Menurut Ustadzah Hijroatul Maghfiroh sebagai salah satu penanggung jawab bidang konsumsi, semua hidangan dikumpulkan dari potluck alias sumbangan dari para jamaah. Sosok yang kini sedang menempuh studi di Macquarie University ini jugalah yang mengusulkan ide makan bersama beralas daun pisang, katanya agar seperti suasana di tanah air.
***
Taushiyah dan doa dalam pengajian ini disampaikan oleh Ustadz Emil Idad selaku rais syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia – New Zeland (AU-NZ). Beliau menyampaikan tentang bagaimana bulan Sya’ban sudah semestinya dijadikan persiapan menghadapi bulan suci Ramadan. Bahkan Rasulullah SAW telah sejak bulan Rajab sudah mulai menyambut datangnya Bulan Ramadan melalui doanya. Tarhib sendiri secara bahasa memiliki arti penyambutan atau welcoming. Menurut Ustadz Emil, Rasulullah SAW senantiasa memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban dengan berbagai jenisnya termasuk puasa dan shalat malam.
Ustadz Emil menambahkan bahwa di Nusantara banyak istilah yang digunakan oleh kaum Muslimin dalam tradisi menyambut bulan Ramadan. Jika di Jawa Barat ada tradisi ‘munggahan’ mungkin di daerah lain ada istilah ‘megengan’ atau yang lainnya. Istilah boleh berbeda-beda namun semua mengandung semangat yang sama yaitu merasa berbahagia dan berusaha mempersiapkan diri menghadapi datangnya Bulan Ramadan.
Ada satu hadits yang menunjukkan bahwa Bulan Sya’ban adalah waktu di mana amal seorang Muslim akan diangkat. Maka dari itu Rasulillah SAW ingin agar amalnya diangkat dalam keadaan berpuasa. Hadits tersebut menceritakan bahwa Sahabat Usamah bin Zaid bertanya tentang mengapa Rasulullah SAW begitu banyak berpuasa di Bulan Sya’ban. Saat itu Rasulullah SAW menjawab.
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
"Ia (Sya’ban) adalah bulan di mana amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku ingin amalanku diangkat selagi aku sedang berpuasa."
Betapa Rasulullah SAW di luar Bulan Ramadan paling banyak berpuasa sunnah di Bulan Sya’ban juga termuat dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin, Aisyah RA.
Saya sendiri kemudian berpikir tentang hubungan antara hadits tadi dengan istilah ‘munggahan’ yang digunakan oleh saudara-saudara Muslim di Jawa Barat. Dalam hadits tersebut terdapat pernyataan tentang amal yang ‘diangkat’, sementara itu kata ‘munggahan’ dalam Bahasa Sunda setahu saya berarti ‘kenaikan’. Menurut saya ada hubungan antara diangkat maupun kenaikan, karena sama-sama terkait dengan posisi di atas.
Pikiran saya berlanjut tentang bagaimana para Muslim pendahulu mungkin berusaha untuk melakukan kontekstualisasi ajaran agama dalam istilah lokal. Tapi bisa saja hubungan antara ajaran agama dan istilah lokal ini belum banyak dijelaskan oleh tokoh agama dan dipahami oleh umat. Di daerah saya sendiri, terdapat tradisi ‘nyadran’, ‘sadranan’ atau ‘ruwahan’ pada bulan Sya’ban. Ketika otentisitas istilah lokal dipertanyakan, tentu saja tugas yang mesti dilakukan adalah menelusuri relasinya dengan ajaran-ajaran agama dari sumbernya.
Forum Kaifa dan NU NSW
Mengenai forum atau pengajian Kaifa sendiri, Ustadz Yusdi Maksum yang merupakan ketua tanfidziyah PCINU AU-NZ periode sebelumnya menyatakan bahwa awalnya forum ini berdiri sekitar sepuluh tahunan yang lalu. Forum ini dirancang sebagai arena diskusi mengenai riset dari para mahasiswa Indonesia di area kota Sydney yang kebetulan memiliki irisan latar belakang dengan dunia santri maupun Nahdlatul Ulama. Ustadz Yusdi pun mengusulkan agar sebelum diskusi diadakan doa bersama dan pengajian.
Kaifa yang merupakan akronim dari Kajian Islam Kaffah ini juga dimaksudkan sebagai forum pengajuan bagi masyarakat Nahdliyin yang sebelumnya sebenarnya telah punya rutinitas dan keaktifan di forum pengajian lain. Awalnya forum ini tidak menggunakan label NU, namun pada akhirnya berganti nama menjadi Kaifa NU setelah secara resmi bekerja sama dengan NU NSW. Menurut Ustad Yusdi, NU NSW sendiri berdiri di tahun 2007 tepat dua tahun setelah PCINU AU-NZ resmi berdiri.
Sebagaimana di NSW, NU di tingkat provinsi atau state juga terdapat di tempat lain di Australia dan New Zeland, di mana terdapat komunitas Nahdliyin. Perwakilan Nahdliyin dari setiap provinsi yang menduduki posisi jabatan di PCINU AU-NZ akan mengawal NU di provinsi masing-masing. Keberadaan NU di tiap provinsi ini akan sangat membantu dalam berbagai momen, termasuk di antaranya semisal terdapat kedatangan tamu dari tanah air yang hadir di provinsi atau kota tertentu. Ketika Konferensi Cabang (Konfercab) PCINU AU-NZ diadakan bergantian di berbagai kota, maka NU provinsi yang membawahi kota tersebut yang akan berkontribusi sebagai panitia penyelenggara.
Saat ini yang menjadi ‘komandan’ dari NU NSW sendiri adalah Ustadz Wendi WIjanardi yang kebetulan sedang menempuh studi doktoral di University of New South Wales (UNSW) Sydney. Menurut Ustadz Wendi, terdapat banyak program yang menjadi kegiatan NU NSW selain pengajian kerjasama dengan Forum Kaifa. Selain pengajian secara offline ini, terdapat juga forum doa bersama online yang dilaksanakan secara insidental oleh NU NSW.
NU NSW juga aktif untuk hadir menghadiri undangan dari kegiatan-kegiatan yang resmi diadakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney. Selain itu, NU NSW juga mengadakan kegiatan lintas komunitas maupun organisasi sebagaimana kegiatan halal bihalal Idul Fitri. Salah satu yang menjadi perhatian NU NSW adalah mempertahankan keberlangsungan pengajian Taman Pendidikan Alquran (TPA) untuk anak-anak. Tantangan dari kegiatan ini adalah jumlah anak-anak yang naik-turun, karena mengikuti keberadaan orang tuanya yang datang dan pulang dalam rangka studi.
Terpopuler
1
Kultum Ramadhan: 7 Amalan Spesial di Bulan Ramadhan untuk Pahala Berlipat
2
Kultum Ramadhan: 2 Motivasi untuk Memaksimalkan Ibadah di Bulan Suci
3
Menilik Perusahaan Induk Koperasi BMT NU Ngasem Bojonegoro, Punya Tujuan Berkontribusi kepada Nahdlatul Ulama
4
Kultum Ramadhan: Mari Perbaiki Diri di Bulan Suci
5
Manfaatkan Penyewaan Alat, Kurator PT Sritex Sebut Karyawan yang di-PHK Bisa Kembali Bekerja
6
Setelah Minta Maaf, Pertamina Jamin Ketersediaan BBM saat Mudik Lebaran 2025
Terkini
Lihat Semua