Internasional

Ramadhan di Selandia Baru: Berpuasa 14 Jam dan Adakan Tarawih Keliling

Selasa, 4 Maret 2025 | 15:30 WIB

Ramadhan di Selandia Baru: Berpuasa 14 Jam dan Adakan Tarawih Keliling

Muslim di Wellington, Selandia Baru sedang buka puasa bersama. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk meningkatkan rutinitas ibadah dan amal shalih. Tidak terkecuali umat Islam yang ada di Selandia Baru sebagai negeri minoritas Islam. Berdasarkan keputusan The Federation of the Islamic Associationf of New Zealand (FIANZ) bahwa awal ibadah puasa dimulai 2 Maret 2025.


Selandia Baru merupakan negara kepulauan yang terletak di sebelah tenggara Benua Australia. Kini negara tersebut berada di musim panas sehingga berpengaruh terhadap durasi lama puasanya.


“Berpuasa saat ini berada di musim panas sehingga lebih lama dengan di Indonesia yaitu selama 14 jam 30 menit. Untuk imsak pukul 5.30 pagi, berbuka pukul 20.05 malam dan shalat tarawih sekitar pukul 21.20 malam,” ujar Budi S Putra, Pengajar Seni Gamelan di New Zealand School of Music, Victoria University of Wellington.


Hampir setiap kota besar di Selandia Baru memiliki organisasi keagamaan, salah satunya komunitas Umat Muslim Indonesia (UMI). Kegiatan yang digelar mulai dari berbuka Bersama hingga tarawih keliling.


“Dalam meramaikan kegiatan di bulan puasa, UMI dan ormas keagamaan lain mengadakan buka Bersama di akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu. Kita juga ada kegiatan tarawih keliling khususnya di Wellington,” jelasnya yang juga alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.


Menu buka puasa dan sahur juga beragam, meski masih terbatas toko makanan yang menjual makanan halal. Namun pada momen buka bersama, kuliner khas Indonesia banyak disajikan, seperti pisang goreng, kue talam, rendang, sayur asam hingga soto ayam, dan sate kambing.


“Ketika berbuka dan sahur, kita memasak sendiri dengan bahan halal yang dibeli dari halal shop. Kecuali saat buka bersama umat muslim lain kita disajikan dengan beragam jenis kuliner, terutama khas Indonesia. Di masjid biasanya ada nasi briyani ayam atau kambing,” ungkap Budi, umat muslim asal Solo Indonesia yang kini tinggal di Wellington, New Zealand.


Masjid Kilbirnie adalah masjid terbesar di Wellington yang dikenal bisa menampung ribuan jamaah. Sebagian besar umat muslim Indonesia melaksanakan shalat tarawih dan shalat idul fitri serta mendatangkan para ulama NU di masjid tersebut.


“Pemerintah maupun warga Selandia Baru memberikan ruang bagi minoritas Islam dalam beraktivitas menjalankan ibadah. Meski tidak ada kumandang adzan, Masjid Kilbirnie tetap ramai jamaah yang menunaikan shalat tarawih hingga shalat Idul Fitri disana Bersama umat muslim Indonesia lainnya. Kami tidak merasa dibedakan dan sudah seperti negara sendiri,” tambahnya.