Tunis, NU Online
Ratusan warga Tunisia yang terdiri dari aktivis dan jurnalis menggelar aksi protes terhadap menyusul rencana kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) selama dua hari berturut-turut, Senin hingga Selasa (26-27/11). Mereka mengutuk pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan menyerukan kalau MBS adalah pembunuhnya.
MBS meninggalkan Kairo pada Selasa 27 November waktu setempat dan direncanakan tiba di Tunisia pada sore harinya dalam. Sebelumnya,MBS juga telah mengunjungi Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA).
Kasus pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2 Oktober di Konsulat Saudi di Istanbul lalu telah menekan hubungan Saudi dengan beberapa negara Barat. Tidak hanya itu, citra MBS juga menjadi ‘rusak’ karena kasus tersebut. Dalam beberapa laporan, ia dituduh sebagai dalang dari pembunuhan tersebut.
Ratusan pengunjuk rasa tersebut menyusuri ruas jalan di ibu kota Tunis hingga sampai di jalan besar Habib Bourguiba, tempat dimana massa menggulingkan Ben Ali pada 2011 silam. Mereka meneriakkan beberapa teriakan untuk menolak keras kunjungan MBS. Seperti ‘si pembunuh tidak diterima di Tunisia’ dan ‘Malu pada penguasa Tunisia’ karena menerima MBS.
Para pengunjuk rasa juga mendesak Saudi agar mengakhiri kampanye militer yang dipimpin Saudi di Yaman.
“Revolusi Tunisia tidak setuju untuk menerima dia (Muhammad bin Salman) dan membiarkannya untuk membersihkan dirinya (dengan kunjungannya) dari sebuah pembunuhan,” kata seorang dari serikat wartawan, Soukaina Abdessamad, dilansir Reuters, Selasa (27/11).
Sebelumnya, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat, CIA, melaporkan kalau Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman adalah orang yang memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Seorang pejabat anonim CIA mengemukakan, perintah pembunuhan Jamal Khashoggi datang langsung dari Putra Mahkota Saudi. Demikian laporan yang diberitakan New York Times, Sabtu (17/11).
CIA juga menyimpulkan kalau pembunuhan Jamal Khashoggi tidak akan terjadi tanpa persetujuan dari Muhammad bin Salman. Mengapa? Karena Muhammad bin Salman adalah orang memiliki kekuasaan yang besar atas Saudi.
CIA mengungkapkan kesimpulan tersebut setelah meneliti berbagai data intelijen. Diantaranya sadapan percakapan telepon antara Jamal Khashoggi dan Khalid bin Salman, adik Muhammad bin Salman yang merupakan Dubes Saudi untuk AS. (Red: Muchlishon)