Internasional

Seperti di Pesantren Indonesia, Ini Ngaji Pasaran di Tarim Yaman

Senin, 20 Mei 2019 | 11:43 WIB

Jakarta, NU Online
Ro’fat Hamzie menjalani puasa di Yaman tak ubahnya seperti di Indonesia, yakni dengan mengikuti pasaran. Ya, Tarim, kota yang ia tinggali memang selayaknya pesantren.

"Selama Ramadhan kegiatan kampus diliburkan. Dan diberikan kebebasan untuk mengaji dengan ulama-ulama yang buka pengajian Ramadhan," kata mahasiswa Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Hadramaut, Yaman itu kepada NU Online pada Ahad (19/5).

Selepas dzuhur, misalnya, beberapa mahasiswa asal Indonesia mengikuti pengajian kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim di masjid dekat kampusnya hingga menjelang Maghrib.

Selain itu, mahasiswa lainnya memilih untuk mendaras Al-Qur'an, membaca ulang materi yang telah dipelajari, hingga membaca kitab-kitab referensi.

Setelah Asar, ada yang mengikuti pengajian-pengajian yang dibuka oleh para ulama. Hamzie sendiri memilih mengaji kepada Habib Abu Bakar Balfaqih di Masjid Barosyid.

Lima menit dengan berkendara motor, pria asal Cirebon, Jawa Barat itu sudah bisa sampai dan menyimak penjelasan Habib Abu Bakar tentang kitab Riyadus Sholihin, dan beberapa kitab Hadhramaut, yakni Wasoya Nafiah lil Imam Haddad, Nasim Nafahat Haajiri li Habib Abdullah Syathiri, dan kalam Habib Muhammad al-Haddar.

Pengajian itu ia ikuti bersama rekan-rekannya yang lain sembari menanti terbenamnya matahari di ufuk barat.

Sementara saban usai subuh, katanya, para pelajar Indonesia berangkat menggunakan sepeda motornya melaju ke pondok yang diasuh oleh Habib Umar bin Hafidz guna mengikuti pengajiannya.

Selepas itu, beberapa di antaranya memilih beristirahat mengingat waktu malam mereka habiskan dengan mengikuti tarawih keliling. Hal tersebut, katanya, sudah menjadi tradisi Yaman.

Perihal tarawih keliling itu, Asosiasi Mahasiswa Indonesia (AMI) Universitas Al-Ahgaff, kata Hamzie, berinisiatif menyusun jadwal tarawih setiap masjid di seantero Kota Tarim. "Karena Tarim itu masjidnya banyak," katanya.

Hal tersebut, menurutnya, penting guna memberikan informasi kepada seluruh mahasiswa Indonesia yang hendak menunaikan tarawih keliling agar dapat menyesuaikan waktunya. "Biasanya ada mahasiswa yang sering melakukan hal itu," pungkasnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)