Jabar

LPBINU Jabar Kembangkan Sekolah Model Berketahanan Iklim

Senin, 27 Januari 2025 | 11:00 WIB

LPBINU Jabar Kembangkan Sekolah Model Berketahanan Iklim

Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat menggelar Lokakarya Pengembangan Mekanisme Monitoring dan Koordinasi Sekolah Model Berketahanan Iklim yang bertempat di Hotel Karasak Santun Ciparay Majalaya, Kabupaten Bandung, Sabtu (25/1/2024). (Foto: dok. NU Online Jabar)

Bandung, NU Online

Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat menggelar Lokakarya Pengembangan Mekanisme Monitoring dan Koordinasi Sekolah Model Berketahanan Iklim yang bertempat di Hotel Karasak Santun Ciparay, Majalaya, Kabupaten Bandung, Sabtu (25/1/2024).


Acara ini dihadiri oleh 40 peserta, yang terdiri dari para guru dan kepala sekolah dari 10 sekolah di tiga kecamatan (Rancaekek, Ibun, dan Baleendah). Selain itu, hadir juga perwakilan LPBINU Jawa Barat, Yayasan Sheep, Save the Children Indonesia, serta perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Kemenag, dan pengawas sekolah dari berbagai jenjang.


Kegiatan ini merupakan bagian dari program CBCCA (Community-Based Climate Change Adaptation/Adaptasi Perubahan Iklim Berbasis Masyarakat) yang telah berlangsung sejak tahun 2024.


Menurut Ketua LPBINU Jawa Barat, Dadang Sudardja, program ini saat ini telah memasuki tahun kedua dan fokus pada pendampingan di 10 desa serta 10 sekolah di wilayah Kabupaten Bandung. Program ini diselenggarakan dengan dukungan dari Save the Children Korea, Yayasan Sheep, dan Save the Children Indonesia.


Dalam sambutannya, Noer Sobariah, selaku Pengawas Pembina yang hadir mewakili Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, menyampaikan apresiasi dan dukungan atas program CBCCA. Ia mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, terdapat penurunan kualitas raport iklim di lingkungan sekolah di wilayah tersebut.


Program CBCCA diharapkan mampu mengembalikan dan meningkatkan kualitas raport iklim melalui berbagai kegiatan serta pembelajaran yang mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim.


Sementara itu, Kepala Sekolah SD Negeri Pasirhuni, Imas Kusumawati, yang merupakan salah satu sekolah dampingan program CBCCA, juga membagikan pengalamannya. Ia menyebutkan bahwa program ini telah memberikan dampak positif pada lingkungan sekolahnya.


Di antara perubahan tersebut adalah penanaman pohon oleh guru dan siswa, pembuatan taman sekolah, penataan ruang belajar dan ruang guru, pembangunan pagar sekolah, serta pengelolaan sampah yang lebih baik. Selain itu, setiap siswa kini membawa tempat minum, tempat makan, serta mulai memilah sampah sesuai jenisnya.


Adapun dari sisi pembelajaran, sekolah dampingan telah mengintegrasikan materi adaptasi perubahan iklim ke dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta mata pelajaran lainnya.


“Ini adalah bentuk komitmen kami mewujudkan sekolah yang adaptif terhadap perubahan iklim, menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, serta menyenangkan, sehingga menghasilkan peserta didik yang berprestasi,” ujar Imas dilansir NU Online Jabar.


Pada akhir lokakarya, para peserta menegaskan komitmennya untuk melanjutkan upaya peningkatan kualitas lingkungan sekolah yang adaptif terhadap perubahan iklim. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk ikut serta menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih berkelanjutan dan berketahanan terhadap perubahan iklim.


Acara ini menjadi momentum penting dalam mendorong kesadaran dan aksi nyata pada sektor pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, sekaligus memperkuat sinergi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik.