Akibat Longsor di Banjarnegara, Dua Warga Ditemukan Meninggal, 823 Lainnya Mengungsi
NU Online · Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB
Banjarnegara, NU Online Jateng
Bencana tanah longsor kembali terjadi di Kabupaten Banjarnegara. Tebing tinggi di kawasan hutan pinus Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, runtuh setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur selama hampir tiga jam pada Ahad, (16/11/2025).
Longsor dengan diameter sekitar 100 x 100 meter meluncur deras dan menghantam permukiman warga di RT 1 hingga RT 4 RW 03. Material berupa tanah, batu, dan kayu menghantam rumah warga yang ada di bawah tebing hingga luluh lantak.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng mencatat, hingga Senin (17/11/2025) pukul 08.37, ada 823 jiwa yang mengungsi di posko pengungsian berpusat di tiga lokasi, di antaranya Kantor Kecamatan Pandanarum, GOR Desa Beji dan gedung Haji Desa Pringamba. Merespons adanya warga di pos pengungsi, BPBD Kabupaten Banjarnegara mengaktifkan dapur umum di kantor kecamatan.
Kerugian material meliputi rumah rusak berat sebanyak 30 unit dan rusaknya lahan persawahan dan perkebunan.
Dua warga dilaporkan meninggal dunia. Satu korban meninggal dunia di RSUD Banjarnegara, sementara satu lainnya ditemukan meninggal dekat lokasi longsor pada pukul 07.48.
Puluhan warga masih terjebak dan diduga di hutan berdasarkan laporan keluarga dan warga sekitar. Proses evakuasi dan pencarian terus dilakukan tim SAR.
BPBD Jateng dan Kabupaten Banjarnegara, relawan, TNI-Polri, dan Forkopimcam bergerak cepat mendirikan tenda pengungsian, dapur umum, pos lapangan, serta layanan kesehatan darurat.
Sejumlah kebutuhan mendesak mulai disalurkan antara lain logistik permakanan, selimut dan matras, higien kit, family kit, kids ware, air mineral, hingga perangkat ATK, laptop, printer untuk menunjang posko.
Assessment lanjutan terus dilakukan. Kondisi tebing yang masih labil membuat wilayah sekitar berada dalam status kewaspadaan tinggi. Curah hujan yang masih berlangsung berpotensi memicu longsor susulan.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, memastikan penanganan dilakukan secara terpadu sejak informasi bencana diterima.
“Informasi awal berkembang 800-an masyarakat terdampak. Ada 26 yang masih (terjebak) di hutan karena kejadiannya mendadak. Ada juga yang mungkin tertimbun,” tegas Luthfi.
Menurutnya, pencarian dan upaya penanganan diperkuat bersama Pangdam, Basarnas, dan BNPB.
“Hari ini kami bergerak (pencarian) by name by address. Kita bentuk klaster pengungsi, logistik, sarpras, dan kesehatan agar mobilisasi lebih cepat dan terarah,” ujarnya.
Gubernur menyebut bantuan dari provinsi sudah disiapkan dan dikirim.
“Untuk Banjarnegara, kami siapkan (lebih dari) Rp700 juta. Sebelumnya hampir Rp400 juta untuk wilayah Cilacap,” katanya.
Ahmad Luthfi mengingatkan masyarakat Jawa Tengah untuk meningkatkan kewaspadaan, mengingat banyaknya wilayah yang rawan longsor.
“Jawa Tengah ini minimarket bencana. Ada daerah-daerah tertentu yang harus diantisipasi: Batang, Kendal, Wonosobo, Banjarnegara, Brebes–Bumiayu, Magelang, Temanggung. Potensi gerakan tanah tinggi. Harus ada pencegahan dini,” katanya.
Selengkapnya klik di sini.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua