KH Zulfa Mustofa: Menulis adalah Jalan Santri Memenangkan Peradaban
NU Online Ā· Senin, 27 Oktober 2025 | 06:00 WIB
Sidoarjo, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zulfa Mustofa, mengajak para santri, guru, dan akademisi untuk kembali menulis, meneliti, dan menghidupkan tradisi intelektual Islam ala pesantren. Menurutnya, menulis adalah jalan santri untuk memenangkan peradaban.
Penegasan itu disampaikan KH Zulfa MustofaĀ saat menjadi narasumber dalam acara HalaqahĀ Nasional TuratsĀ Ulama Pesantren di hallĀ kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, Jumat lalu.
Kiai Zulfa menyebutkan, semangat menulis tersebut selaras cara para ulama terdahulu yang menorehkan ilmu dan hikmah melalui karya-karyanya hingga menjadi cahaya bagi peradaban umat.
āPara ulama besar itu juga memulai dari tulisan-tulisan sederhana. Maka bagi para santri muda, jangan takut dan jangan minder. Menulislah. Karena dengan menulis, engkau sedang membangun masa depan peradaban Islam,ā terang Kiai ZulfaĀ diberitakan NU OnlineĀ Jatim.
Kiai Zulfa menyoroti pula pentingnya santri masa kini untuk tidak berhenti menjadi penikmat karya lama, tetapi juga menjadi penulis dan pencipta pengetahuan baru. āKalau kita tidak menulis, anak-anak kita tidak akan tahu apa yang benar,ā pesannya.
Ia menjelaskan, karya para ulama adalah cermin nilai dan watak masyarakat pada zamannya. Melalui kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Nusantara, dapat dilihat bagaimana Islam di Indonesia tumbuh dalam suasana toleransi, moderasi, dan penghargaan terhadap perbedaan.
āDari kitab para ulama kita tahu, masyarakat Indonesia itu toleran. Mereka tidak mudah mengkafirkan sesama muslim, tidak gampang memusuhi yang berbeda agama, hidup harmonis. Semua itu terekam dalam karya-karya ulama kita,ā jelasnya.
Kiai Zulfa kemudian mencontohkan penelitian pribadinya terhadap karya monumental ulama besar, seperti Syekh Nawawi al-Bantani, yang memperlihatkan betapa kaya dan luasnya khazanah intelektual Nusantara. Ia menulis biografi ilmiah berjudul Fathul Qashidah dengan riset mendalam selama berbulan-bulan untuk memahami sosok dan pemikiran Syekh Nawawi.
Menurutnya, melalui kajian dan penulisan ilmiah seperti ini, kita dapat menelusuri jejak peradaban Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang khas Indonesia, yaitu moderat, rasional, dan terbuka terhadap dialog keilmuan.
āKalau kita membaca kitab-kitab para ulama, kita bisa melihat wajah Aswaja Indonesia yang asli, lembut, inklusif, dan ilmiah. Mereka berdialog dengan perbedaan, bukan memusuhi,ā ungkapnya.
Dalam pandangan Kiai Zulfa, salah satu tantangan besar umat Islam di Indonesia adalah kurangnya produktivitas dalam menulis karya ilmiah. Di dunia internasional, Indonesia sering dianggap sebagai ākelas tigaā dalam hal produksi literatur keislaman, padahal memiliki ulama besar dan tradisi intelektual yang kaya.
āDi forum internasional, ulama-ulama dari Timur Tengah seperti Mesir, Yaman, Irak, atau Maroko dianggap kelas satu karena karya tulisnya banyak dan berkualitas. Indonesia punya banyak ulama besar, tapi belum cukup dikenal karena karya mereka belum terangkat ke dunia global,ā katanya.
Sebab itu, ia menekankan pentingnya mempromosikan karya ulama Nusantara agar dikenal luas, seperti karya Hadratussyekh KH M Hasyim Asyāari, Syekh Mahfudz Termas, dan Syekh Nawawi al-Bantani.
āKita harus berani mempromosikan ulama kita sendiri. Jangan minder. Ulama Indonesia tidak kalah hebat, hanya perlu kita dorong agar karya dan pemikirannya lebih dikenal dunia,ā tegasnya.
Lebih lanjut, Kiai Zulfa sangat mengapresiasi inisiatif PCNU Sidoarjo yang menggelar pameran turats ulama pesantren. Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar pameran naskah klasik (turats), tetapi langkah nyata dalam membangunkan kembali peradaban Islam Nusantara yang telah lama berakar kuat di bumi Indonesia.
āKetika PCNU Sidoarjo menginisiasi acara seperti ini, sesungguhnya mereka sedang membangunkan kembali peradaban yang sudah ada. Para santri dan cendekiawan harus tahu, bahwa dari apa yang ditulis para ulama terdahulu, kita bisa membaca peradaban suatu bangsa,ā pungkasnya.
Terpopuler
1
Gus Yahya Ajak Seluruh Pengurus NU Siapkan Muktamar Ke-35 sebagai Jalan Terhormat dan Konstitusional
2
Pertemuan Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah di Lirboyo Putuskan Muktamar Ke-35 NU Bakal Digelar Secepatnya
3
KH Miftachul Akhyar Undang Rapat Konsultasi Syuriyah dengan Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPUĀ
5
KH Miftachul Akhyar Sampaikan Permohonan Maaf terkait Persoalan di PBNU
6
Khutbah Jumat: Rajab, Shalat, dan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua