Kesehatan

Bahaya, Risiko Mencampur Jamu dengan Minuman Beralkohol

Ahad, 10 November 2024 | 16:00 WIB

Bahaya, Risiko Mencampur Jamu dengan Minuman Beralkohol

Mencampur jamu dengan minuman beralkohol. (Foto: NU Online/Freepik)

Jamu adalah minuman khas Indonesia yang berefek baik untuk kesehatan. Namun, ada masyarakat yang mencampur jamu dengan minuman beralkohol karena berbagai alasan. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan efektivitas jamu hingga menambah stamina. Tidak heran, trik ini juga kerap dilakukan oleh penjual jamu untuk meningkatkan sugesti pelanggannya hingga mendapatkan konsumen yang loyal.


Benarkah mencampur obat tradisional seperti jamu dengan minuman beralkohol aman untuk kesehatan? Risiko apa saja yang ada di balik cara minum jamu yang dicampur minuman beralkohol seperti itu? Bagaimana ilmu farmasi dan Thibbun Nabawi memandang pencampuran obat tradisional dengan minuman beralkohol?


Obat tradisional berasal dari bahan-bahan alami baik yang bersumber dari nabati maupun hewani. Jamu adalah salah satu kategori obat tradisional di Indonesia. Kategori yang lain adalah obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Berbeda dari dua kategori yang terakhir, jamu telah dibuktikan khasiatnya secara empirik atau turun-temurun berdasarkan pengalaman dari nenek moyang Bangsa Indonesia.


Pembuatan jamu secara tradisional bisa dilakukan dengan merebus bahan-bahan alam tersebut pada media air. Selain itu, ada juga yang diseduh dengan air panas sehingga zat aktifnya dapat keluar dari bahan yang diseduh lalu diminum. Penggunaan semacam ini aman karena murni hanya terdiri dari campuran bahan herbal dengan pelarut air. Selain aman, khasiatnya pun akan berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan karakter obat tradisional yaitu menyembuhkan secara perlahan.


Meskipun efeknya perlahan, khasiat obat tradisional bisa distabilkan dan dioptimalkan dengan kombinasi bahan alami lainnya. Bahan yang digunakan berdasarkan resep turun-temurun atau dari hasil penelitian farmasi. Contoh yang berasal dari warisan nenek moyang adalah kunyit asam. Kunyit mengandung zat aktif berkhasiat yang bernama kurkumin. Ketika dikombinasikan dengan air asam, maka efek kurkumin akan stabil dan berkhasiat secara optimal.


Campuran bahan alam sebagai kombinasi jamu itu juga dapat berasal dari tanaman, hewan, air murni, maupun minyak yang aman. Jadi bukan berasal dari cairan fermentasi seperti minuman beralkohol. Nenek moyang bangsa Nusantara sudah memahami bahwa tujuan penggunaan jamu adalah pengobatan rutin menuju perbaikan tubuh. Apabila dicampur dengan minuman beralkohol, maka kaidah pengobatan dengan jamu menjadi melenceng karena efeknya menjadi tidak baik.


Efek pencampuran bahan herbal atau obat tradisional dengan alkohol dikenal dalam dunia farmasi dengan istilah interaksi. Ketika zat berkhasiat di dalam tumbuhan atau bahan obat tradisional itu kontak dengan alkohol, maka ada reaksi kimiawi yang terjadi dan sangat mungkin mengubah keamanannya bila dikonsumsi. Efek yang timbul seolah bisa terasa cepat dan bermanfaat, tetapi di balik itu ada bahaya tersembunyi yang mengancam keselamatan jiwa.


Alkohol yang disalahgunakan untuk mencampur jamu dan dikonsumsi di masyarakat bisa berasal dari minuman keras. Minuman keras yang sering dicampur dengan jamu dianggap sebagai “arak obat” atau “anggur obat”. Padahal, istilah itu hanyalah pengaburan makna untuk melegalkan penggunaan campuran minuman beralkohol agar dianggap sama dengan aktivitas minum jamu sebagai obat. Entah dari mana tradisi ini bermula, tetapi dari sudut pandang ilmiah farmasi, praktik mencampur minuman beralkohol dengan bahan herbal atau jamu itu adalah kesalahan.


Penelitian di China mengungkapkan fakta bahwa tradisi bangsa Timur untuk mencampur minuman anggur beralkohol dengan bahan herbal berpotensi membahayakan peminumnya. Penelitian itu mengungkap bahwa efek sesaat dari kebiasaan mencampur minuman anggur beralkohol dengan herbal atau dikenal dengan sebutan “anggur herbal” yang diklaim dapat berefek baik, ternyata menyimpan keburukan. Sederet bahaya mengintai peminum campuran anggur herbal mulai dari penyakit lever hingga kematian. (Zhang dkk, 2022, Resveratrol in Liquor Exacerbates Alcoholic Liver Injury with a Reduced Therapeutic Effect in Mice: An Unsupervised Herbal Wine Habit Is Risky, Nutrients, 14(22): 4752)


Buah anggur dalam penelitian tersebut dikatakan memiliki senyawa kimia yang bermanfaat dan disebut sebagai Resveratrol. Apabila resveratrol direndam dalam alkohol, maka akan dapat menimbulkan bahaya seperti perlemakan hati hingga risiko cedera hati yang parah. Resveratrol secara signifikan meningkatkan paparan alkohol sebesar 126,0%, yang disertai dengan penghambatan signifikan jalur metabolisme etanol atau alkohol. Interaksi semacam ini dapat menimbulkan bahaya berupa meningkatnya risiko kematian pada hewan uji.


Di sisi yang lain, manfaat resveratrol jika dicampur dengan alkohol juga berkurang drastis. Zat resveratrol yang sedianya bermanfaat untuk kesehatan justru penyerapannya berkurang ketika dikonsumsi bersama dengan minuman beralkohol. Oleh karena itu efek positif yang sebenarnya berkurang sebagai bentuk interaksi resveratrol dengan alkohol sudah terbukti secara ilmiah.


Resveratrol tidak hanya terdapat di buah anggur, tetapi juga terdapat di banyak bahan herbal yang sering digunakan sebagai jamu di Nusantara. Som Jawa atau Ginseng Jawa sebagai bahan jamu di Indonesia juga banyak mengandung resveratrol yang apabila dikonsumsi bersama dengan minuman beralkohol dalam jangka panjang dapat berisiko menjadi tidak aman lagi.


Dalam kitab At-Thibbun Nabawi, penggunaan minuman beralkohol yang masuk dalam kategori khamr tidak diperbolehkan bagi umat Islam. Al-Hafiz Adz-Dzahabi menyimpulkan dalam pembahasan tentang menggunakan obat-obatan yang diharamkan bahwa:


Saya telah mendiskusikan banyak hadits yang diriwayatkan oleh Thariq ibn Suwaid dan orang-orang lain tentang fakta bahwa haram merawat orang sakit dengan khamr dan bahan-bahan lain yang sejenis.” (Al-Hafizh ad-Dzahabi, Thibbun Nabawi, [Beirut: Dar Ihya-ul ‘Ulum, 1990], halaman 244).


Lantas bagaimana dengan efek sesaat yang dirasakan ketika orang mengonsumsi campuran jamu dengan minuman beralkohol yang ternyata tidak memabukkan? Bahkan mereka mengaku efeknya baik-baik saja seperti hilangnya pegal linu dan badan menjadi lebih fit. Ketahuilah, bahwa itu adalah efek sesaat dari alkohol sebagai penghasil kalori yang instan.


Kalori adalah satuan energi yang bisa dihasilkan oleh berbagai bahan yang dikonsumsi oleh manusia. Efeknya bila kalori terbentuk, badan akan terasa hangat dan berenergi. Efek ini tentu terasa baik bila dialami oleh orang yang kurang sehat sehingga merasa lebih fit. Namun, kalori tidak hanya bisa dihasilkan oleh minuman beralkohol. Banyak makanan dan minuman halal lain yang menyediakan kalori untuk orang yang sedang mencari penyembuhan.


Sumber gula alami dari buah dan tanaman seperti sari tebu, madu dan gula kelapa maupun gula aren merupakan sumber kalori yang tinggi dan lebih sesuai dipadukan dengan jamu daripada minuman beralkohol. Wallahu a’lam bis shawab.


Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi