Joko Susanto
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dalam proses perkembangan manusia menjadi individu yang dewasa, akan menghadapi banyak tantangan yang dapat menimbulkan stres. Salah satu penyebab stres misalnya karena tekanan persoalan dan gaya hidup.
Catatan Kementerian Kesehatan mengungkapkan masalah gangguan kejiwaan yang dialami masyarakat Indonesia mencapai 20 persen. Artinya, ada 1 dari 5 penduduk Indonesia yang memiliki gangguan kejiwaan.
Sayangnya, permasalahan ini masih belum dianggap serius oleh kebanyakan orang. Padahal, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan tubuh. Sebab, jiwa yang sehat tentu bisa membuat seseorang menjadi lebih produktif.
Kesehatan mental juga bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Kebanyakan dari mereka yang punya optimisme tinggi, memiliki jantung yang lebih sehat dan bahkan dapat menurunkan laju perkembangan penyakit.
Faktor lainnya yang memengaruhi tingkat stres seperti tidak ada rasa kepuasan hidup dan kebahagiaan, penyakit, percintaan, pekerjaan, lingkungan sosial, bullying, status sosial ekonomi, atau berat badan.
Dosen Psikologi dari Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Maya Septia menjelaskan sebenarnya ilmu psikologi sejalan dengan ajaran agama Islam terkait kesehatan jiwa yang menekankan pada aspek pemenuhan kognitif dan biologis.
Baca Juga
Doa untuk Kesehatan Mental
"Tinggal bagaimana seseorang itu mau menerapkan konsepnya atau tidak untuk hidup mereka, walaupun terkadang manusia sering 'denail' atau menyangkal," kepada NU Online, Ahad (5/1/2025).
Pengurus Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta itu kemudian mengambil contoh lagu Tombo Ati untuk penerapan konsep kesehatan jiwa. Lagu yang selama ini akrab di telinga orang Indonesia khususnya masyarakat Jawa. Syair lagu ini diciptakan oleh seorang wali yang mendakwahkan agama islam di bumi Nusantara, yaitu Sunan Bonang.
Ia menjelaskan makna setiap liriknya yang selaras bagai obat jiwa manusia dalam menghadapi tekanan hidup.
Baca Juga
Mengupas Aspek-aspek Kesehatan Mental
Lagu Tombo Ati juga dipopulerkan Opick. Syair Tombo Ati memiliki makna bagaimana cara seseorang mendapat ketentraman hati ketika hidup di dunia.
Tombo ati iku limo perkarane
Obat hati ada 5 perkaranya
Kaping pisan, moco qur’an sak maknane
Dalam lirik tersebut, Maya memaknai moco Qur'an semaknanya bisa menjadi fokus untuk mengisi kognitif kesehatan jiwa. Hal ini selaras dengan ajaran psikologi yang menerapkan konsep atau nilai-nilai yang sudah diajarkan oleh agama.
"Itu sebenarnya tidak hanya membaca saja tapi mengkaji," katanya.
Bagaimana manusia mengisi kognisi sebagai sumber perilaku. Jika isi dari kognitif itu baik berpengaruh terhadap perilaku manusia dan yang lain. Jika Isi kognisi jauh dari agama itu yang nanti kemudian akan bermasalah.
Bagian berikutnya Kaping pindo, shalat wengi lakonono. Ia menyebut, ini bisa sebagai upaya pembiasaan perilaku baik.
"Kebiasaan baik yang dilakukan setiap hari akan menjadi obat yang positif terhadap kejiwaan. Begitu sebaliknya jika kebiasaan keseharian negatif akan memicu stres pada jiwa," ujarnya.
Selanjutnya, Kaping telu, wong kang sholih kumpulono. Pengaruh lingkungan menurut dr Maya juga bisa membentuk perilaku, terutama bagi orang yang belum cukup kuat untuk mempengaruhi lingkungan dan terkesan mudah dipengaruhi.
"Harus pilih lingkungan yang memberi pengaruh yang baik," katanya.
Ia menyebut, salah satu yang harus menjadi kewaspadaan selain lingkungan dunia nyata adalah lingkungan media sosial atau medsos yang menjadi pembentuk perilaku terbesar. Dunia teknologi akan membawa karakternya sendiri dan bisa mempengaruhi karakter manusia.
Kaping papat, kudu weteng engkang luwe Berpuasa, bisa menjadi obat manusia dalam meredam nafsu dan syahwat. Ini juga penting ditengah banyaknya kemaksiatan. "Perbuatan terkendali dengan puasa kalau di biasakan akan membuat kendali yang kuat," jelasnya.
Kaping limo, dzikir wengi ingkang suwe. Dzikir bisa sebagai jangkar seperti kapal yang berlabuh tidak akan bisa kemana- mana. Ia menyebut, dzikir bisa sebagai jangkar karena manusia yang berzikir akan ingat terus kepada Allah sebagai pelabuhannya.
"Perilaku apa pun akan kembali kepada ajaran agama, kepada penciptanya," jelasnya.
Dzikir ini juga akan mirip dengan nyanyi yang selaras dan mengatur gelombang otak kita diartikan lebih tinggi. Efeknya bagaimana secara biologis menjadi lebih rileks nyaman.
"Jika semuanya dilakukan secara Istiqomah sudah jadi obat dan resep betul, bisa konsisten melakukan sesuatu bagaimana kita mengisi kognisi kita, lingkungan kita, kebiasaan baik kita," tutupnya.
Terpopuler
1
Resmi Rilis, Unduh Logo Harlah Ke-102 NU Di Sini
2
Harlah Ke-102 NU Digelar di Jakarta, Ini Rangkaian Agendanya
3
Terhimpun Rp18 Miliar Dana ZIS NU Care Pringsewu di 2024, Rp1,5 Miliar Berasal dari Koin
4
Gus Yahya Sebut 2 Program Prioritas PBNU di Tahun 2025
5
Turun, Biaya Haji 2025 Rata-Rata Jadi 55,43 Juta Rupiah Setiap Jamaah
6
Pro-Kontra Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan, Bagaimana Seharusnya?
Terkini
Lihat Semua